TEMPO Interaktif, Jakarta: Sekitar 20 ribu orang dari Hizbuth Tahrir Indonesia berkumpul di depan Monas menuju bundaran HI untuk memperingati 80 tahun runtuhnya Khilafah Isalamiyah. "Mereka berasal dari Jabotabek dan bermaksud memperingati runtuhnya Khilafah Islamiyah yang terkahir di Turki pada tahun 1924," kata Muhammad Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbuth Tahrir Indonesia, Minggu (29/2).Menurut Ismail, umat Islam kini mengalami kemunduran yang luar biasa di segala lapangan kehidupan. Kemunduran tersebut merupakan kelanjutan yang menimpa umat Islam di masa lalu, yakni runtuhnya payung dunia Islam Daulah Khilafah Islamiyah tahun 1924. Wilayah Islam yang semula terbentang sangat luas terpecah belah menjadi 50 negara kecil yang dipimpin oleh penguasa yang tidak sepenuhnya mengabdi pada kepentingan Islam. Akibatnya selama puluhan tahun umat Islam di seluruh dunia termasuk Indonesia pada umumnya didera berbagai persoalan."Kami memiliki tujuan untuk membuka kembali gagasan Khilafah Islamiyah, dan akan melakukan berbagai upaya," kata Ismail. Dia juga mengatakan akan banyak hambatan untuk dapat menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Faktor dari dalam yaitu, dari kalangan uamat Islam sendiri yang belum menyadari pentingnya khilafah. "Gus Dur bilang tidak perlu Khilafah," kata Ismail.Faktor penghambat lainnya, menurut Yusanto, adalah sistem dalam negara muslim itu sendiri yang sekuler dan dijaga oleh partai politik dan militer. Hambatan lainnya adalah dari negara-negara barat yang tidak menghendaki tegaknya Khilafah Islamiyah. Dalam pers release-nya Hizbuth Tahrir Indonesia menyatakan agar seluruh komponen masyarakat khususnya umat Islam untuk berjuang bagi tegaknya Syariah Islam di Indonesia. Mereka menyerukan kepada pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia untuk menghentikan sekulerisme dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta praktik kotor dalam pemerintahan yang merugikan masyarakat. Selain itu, Hizbut Tahrir juga menolak kerasa pemecahbelahan dan kolonialisasi negeri ini serta penggalangan opini internasional yang menyudutkan Islam dengan mengtidentikkannya dengan terorisme. Muhammad Fasabeni - Tempo News Room