Duka keluarga korban penembakan oleh seorang anak berumur 20 tahun yang menewaskan 26 orang termasuk 20 siswa sekolah dasar di halaman sekolah dasar Sandy Hook di Newtown, Connecticut, (14/12). REUTERS/Adrees Latif
TEMPO.CO, Surakarta - Peristiwa penembakan berdarah di SD Sandy Hook, Connecticut, Amerika Serikat pada Jumat, 14 Desember 2012, meninggalkan duka mendalam. Meski terpisah ribuan kilometer, pelajar Solo menyatakan ikut empati dan merasakan kepedihan para keluarga korban penembakan Connecticut.
Bertempat di Jalan Slamet Riyadi saat Hari Bebas Kendaraan, Minggu, 16 Desember 2012, sejumlah pelajar membawa karangan bunga dan berdoa untuk siswa dan guru yang menjadi korban penembakan Adam Lanza di Connecticut. Ini profil Adam Lanza.
Dua buah poster bertulisan "Nderek Belasungkawa Tragedi Amerika Berdarah" dan gambar kartun koboi yang membawa dua pistol diletakkan di tengah jalan.
Salah seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama 24 Solo, Rika Setyani mengatakan aksi itu merupakan bentuk keprihatinan dari peristiwa penembakan brutal di Connecticut, Amerika.
"Kami ingin berdoa untuk siswa dan guru yang menjadi korban penembakan," kata Rika. Dia dan teman-temannya masing-masing membawa setangkai bunga.
Mereka lantas berdiri membentuk setengah lingkaran di depan poster dan mulai berdoa bersama. Pelajar lainnya, Risa Rahma Putri, mengatakan peristiwa penembakan Connecticut sangat mengerikan dan menimbulkan trauma bagi korban selamat. Sebab, saat sedang belajar di dalam kelas, tiba-tiba ada yang menembaki mereka dengan membabi-buta. "Saya ikut sedih. Apalagi sebagian besar korban masih berusia 5-10 tahun," ujarnya.
Dia menyatakan pujiannya atas guru korban penembakan Connecticut yang mengorbankan diri untuk melindungi siswa dari sasaran penembakan. Dia berharap tidak ada lagi peristiwa penembakan berdarah semacam Connecticut, baik di Amerika atau belahan dunia lainnya. Dia juga berharap pemerintahan Barrack Obama melarang peredaran senjata api di Amerika.