Ketua DPR Marzuki Alie bersama dua Wakil ketua DPR Pramono Anung dan Taufik Kurniawan (kanan) menyambut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo didampingi Ketua MPR Taufik Kiemas (kiri), saat pertemuan konsulitasi dengan tiga Pimpinan tertinggi Parlemen MPR, DPR dan DPD, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (21/1). Dalam pertemuan tersebut Joko Widodo menjelaskan tentang langkah-langkah dalam mengatasi banjir yang merendam Jakarta dan konsep pembangunan Deep Tunnel serta membuat sodetan kali dari Banjir Kanal Timur. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bappeda DKI, Sarwo Handayani mengatakan Pemerintah Provinsi DKI tidak terburu-buru dalam merealisasikan proyek terowongan multifungsi alias multi-purpose deep tunnel (MPDT). Diwujudkan atau tidaknya proyek itu tergantung minat investor untuk membiayai. "Kalau ada pihak swasta yang mau, silakan," ujarnya saat dihubungi Tempo, Sabtu, 15 Juni 2013.
Sampai saat ini, kata Yani, belum ada investor yang tertarik sehingga belum ada kemajuan soal realisasi. Lagipula, Pemprov tidak memandang deep tunnel mendesak dibuat meski proyek ini sudah disetujui DPRD DKI hingga dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah. Sebab, menurut Yani, normalisasi Sungai Ciliwung bisa jadi sudah cukup. "Kalau banjir bisa diatasi lewat Ciliwung, ya tidak perlu deep tunnel."
Ditanya biaya pembangunan deep tunnel yang ditawarkan pada investor, Yani mengaku menyerahkan perhitungan kepada investor itu sendiri. Dia mengelak soal perbedaan perhitungan biaya deep tunnel dengan Kementerian Pekerjaan Umum. Perhitungan Pemprov DKI, deep tunnel butuh Rp 16 triliun, sedangkan Kementerian PU sekitar Rp. 44 triliun. "Silakan investor menghitung. (Angka) itu belum pasti, tergantung ikutan deep tunnel," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Joko Widodo berencana membangun deep tunnel untuk mengatasi banjir. Konsep ini diajukan oleh Firdaus Ali, Dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Firdaus menilai, mengatasi banjir dengan normalisasi sungai dan penataan kawasan hulu adalah cara konvensional.
Firdaus menyebut terowongan ini lebih efektif dengan berbagai fungsi sekaligus. Selain mengatasi banjir dan limbah, juga solusi kemacetan, menyuplai air baku, serta menjadi saluran pipa utilitas (utility pipe) untuk serat optik dan kabel listrik.
Bir pletok merupakan salah satu minuman tradisional Betawi yang populer di Jakarta. Meskipun namanya bir, minuman ini tidak mengandung alkohol sama sekali.