Sejumlah penari mementaskan drama musikal tari Ariah pada gladi bersih di Lapangan Monas, Jakarta (27/6) malam. Pergelaran musikal tari kolosal dengan panggung terbesar di Indonesia itu melibatkan 200 penari serta 120 musisi. ANTARA/Teresia May
TEMPO.CO, Jakarta-Pentas musikal kolosal Ariah di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, ikut ramai disusupi sejumlah calo, Jumat 28 Juni 2013. Keberadaan mereka membuat banyak penonton di kelas festival atau pasar rakyat tak bisa masuk karena harga tiket yang dijual melambung hingga Rp 50 ribu dari harga asli Rp 2000.
Pintu masuk kelas festival itu bahkan sempat ricuh karena banyak calon penonton yang tak kebagian tiket di loket. Peristiwa itu rupanya mendapat perhatian Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang ikut menonton pentas diantara tamu undangan VVIP.
Jokowi beranjak dari tempat duduknya di kelas VVIP dan menuju ke gerbang kelas Pasar Rakyat. Dia sekonyong-konyong memerintahkan petugas membuka gerbang. Warga yang awalnya tak bisa masuk sontak gembira. Seperti Fathanah dan Hamzah yang sengaja datang dari Cengkareng, Jakarta Barat. "Tiketnya malah dipegang calo, kami jadi susah mau nonton," kata mereka.
Jokowi sendiri hanya berkomentar singkat. "Enggak apa-apa, nanti saya yang bayar," katanya.
Setelah gerbang itu dibuka, area pasar rakyat yang sebelumnya kosong langsung dipenuhi penonton. Jokowi yang tadinya duduk di deretan yang sama dengan kursi milik mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, politisi Puan Maharani, dan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz pun pindah tempat dan duduk lesehan di kelas pasar rakyat. Aksinya itu sontak mengundang perhatian penonton. Mereka langsung bertepuk tangan setelah Jokowi masuk ke area lesehan berkarpet merah.
Ariah merupakan drama musikal kolosal yang digelar untuk memeriahkan perayaan ulang tahun Jakarta ke-486. Pertunjukkan ini berlangsung selama tiga hari pada 28 hingga 30 Juni 2013. Ariah bercerita tentang seorang usaha seorang perempuan mempertahankan harkat dan martabatnya.
Musikal kolosal Ariah diproduksi oleh sutradara dan penulis naskah Atilah Soeryadjaya. Dia juga menggandeng rekannya di Matah Ati, penata artistik Jay Soebiakto dan penata musik Erwin Gutawa.
