TEMPO.CO, Bogor - Ratusan penumpang kereta rel listrik (KRL) ekonomi non-AC, yang didominasi buruh dan pedagang sayur, mengeluhkan penghapusan semua jadwal pemberangkatan kereta ekonomi dan digantikan dengan KRL Commuter Line. Akibatnya, mereka kerepotan karena harus mengganti kemasan barang dari karung dengan plastik.
"Kalau masuk kereta AC, saya tidak bisa membawa sayuran dan buah menggunakan karung, makanya saya pindahkan barang bawaan saya menggunakan kantong plastik supaya bisa dibawa ke Jakarta. Ini memang sangat merepotkan," kata Yanto, 32 tahun, salah seorang pengguna kereta ekonomi, di Bogor, Kamis, 25 Juli 2013.
Menurut Yanto, pengiriman barang pun menjadi terlambat karena sayur-mayur dan barang dagangan lain tidak bisa diberangkatkan pada jam pertama, yakni pukul 06.00. "Katanya, sih, kalau jadwal kerta AC itu dahulukan untuk karyawan, sehingga kalau yang membawa barang berangkatnya harus kereta agak siang," ujarnya.
Semua sayur dan buah tersebut, kata Yanto, seharusnya sudah sampai di Pasar Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada pagi hari. Namun, karena penghapusan kereta ekonomi oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), pengiriman barang menjadi terlambat. "Saya terancam tidak dipercaya lagi oleh pelanggan," kata dia.
Hal serupa dialami Ayatulloh, 28 tahun. Pengrajin sepatu dan sandal asal Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini setiap kali memasarkan hasilnya itu ke kawasan Mester, Jatinegara, Jakarta, menggunakan kereta ekonomi. "Kalau menggunakan kereta ekonomi, bisa membawa barang dengan karung. Biayanya jauh lebih murah ketimbang naik angkot."
PT Kereta Commuter Jabodetabek resmi menghapuskan seluruh kereta listrik ekonomi non-AC dan menggantinya dengan KRL Commuter Line ber-AC sejak Kamis, 25 Juli 2013. Penghapusan kereta ekonomi non-AC ini sudah dilakukan bertahap sejak awal 2013. Hingga awal Juli lalu, kereta ekonomi non-AC tinggal menyisakan satu rangkaian dari Bekasi dan satu rangkaian dari Bogor.
M. SIDIK PERMANA