TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua RW 10 Rusunawa Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Didik Suwandi, mengatakan bahwa angkot bukanlah hal baru di lingkungan tempat tinggalnya. Hanya saja, frekuensi kedatangannya terbatas.
"Sudah ada lama sebenarnya, cuma bukan trayek resmi saja jadi jarang masuk hingga depan Rusunawa Marunda," ujar pria asal Makassar itu, Kamis, 19 September 2013.
Didik mengatakan, angkot yang selama ini masuk ke Rusunawa Marunda adalah KWK 05 yang trayek-nya tengah diresmikan. Namun, angkot itu hanya masuk ke kawasan rusun jika diminta warga.
Jam operasional angkot hanya berani masuk selama masih di bawah jam Maghrib. Usai Maghrib, angkot tak berani masuk karena ada larangan dari tukang ojek. "Sebenarnya yang disayangkan, ya, ada tukang ojeknya itu. Mahal lagi, dari depan rusun sampai jalan raya Marunda itu Rp10 ribu," dia menjelaskan.
Didik berharap keberadaan trayek ke Rusunawa Marunda membuat angkot lebih berani masuk ke rusun. Ia berharap ojek-ojek galak di sekitar rusun ditertibkan Dinas Perhubungan. Tukang ojek di sekitar rusun merasa berhak beroperasi karena mencari nafkah. Salah satu tukang ojek bernama Kasno, 38 tahun, berkata: "Bagi-bagi rezeki dong, kami tukang ojek kan juga butuh makan."
Kepala Operasional Koperasi Wahana Kalpika wilayah Jakarta Utara, Farid Effendi, mengaku tengah mengurus perubahan trayek Tanjung Priok-Bulak Turi. Adapun perubahan lebih kepada tempat yang dilewati, sekarang mengikutkan Rusunawa Marunda.