TEMPO.CO, Subang - Pengemis tajir, Walang bin Kilon, dikenal sebagai orang yang royal di Kampung Waladin Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Subang, Jawa Barat. Setiap pulang kampung, Walang tidak segan-segan membagi rezeki kepada orang-orang yang dia kenal. Bahkan anak-anak muda di kampung itu turut kecipratan rezeki dari Walang.
"Kalau ada orang ngumpul di warung, Walang selalu mentraktir mereka," kata Enes, tetangga Walang sekaligus pemilik warung, Sabtu, 30 November 2013. "Kalau ada anak-anak, biasanya dibagi uang jajan," ujarnya.
Sifat Walang yang dermawan itu membuat Enes dan para tetangganya sering menyapa Walang dengan sebutan Pak Haji. Padahal, Walang sendiri belum pernah berangkat ke Tanah Suci. Dua tahun lalu dia memang sudah melunasi ongkos naik haji, tapi untuk keberangkatan tahun 2018. "Dia senang sekali kalau dipanggil Pak Haji," kata Enes.
Sakum, suami Enes, mengatakan tukang ojek sepeda motor di kampung itu hampir semuanya kenal dengan Walang. Awalnya, saat Walang pulang dari Jakarta, para tukang ojek ogah-ogahan mengantar Walang. Sebab lelaki itu turun dari bus dengan pakaian compang-camping. "Mereka mengira Walang itu gembel," kata Sakum.
Seorang tukang ojek akhirnya merasa kasihan. Dia membawa Walang dengan sepeda motornya. Ketika sampai di tempat tujuan, tukang ojek itu menjadi kaget karena Walang membayar ongkos ojek dua kali lipat dari biasanya. "Ongkos ojek biasanya Rp 10-15 ribu, tapi Walang justru membayar Rp 30 ribu," kata Sakum.
Sekarang, kata Sakum, kalau Walang turun dari bus, tukang ojek saling berebut untuk mengantarkannya.
NANANG SUTISNA
Baca juga:
FPI Ancam Bakar Stasiun UI
Penyair Sitok Srengenge Dilaporkan ke Polisi
Klarifikasi Sitok Soal Tuduhan Pelecehan Wanita
Jakarta Macet, Jokowi Minta Tolong Kapolri
Jokowi: Denda Rp 100 Ribu Tak Akan Mempan