Setiba di kantor, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok langsung memimpin rapat koordinasi dengan Dinas Sosial di Kantor Pemprov DKI Jakarta, Rabu (21/11). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, seringkali menganalogikan segala urusan di Ibu Kota dengan pengalaman pribadinya. Kali ini, ia menganalogikan penyelesaian permasalahan Jakarta dengan mengerjakan skripsi ketika kuliah.
"Kalau skripsi enak. Dimolor-molorin tidak ada yang protes," kata Basuki alias Ahok saat membuka rembuk provinsi 2013 sesi kedua di Hotel Lumire, Pasar Senen, Jakarta, 2 Desember 2013.
Jika bosan mengerjakan skripsi, Ahok pun akan memasukkannya ke laci meja dan memilih untuk melakukan kegiatan yang lain, seperti menonton bioskop. "Tiga film langsung saya tonton biar tidak bosan," kata Ahok dan disambut gelak tawa para peserta yang hadir di acara itu.
Beda halnya dengan mengerjakan skripsi, Ahok mengatakan, menyelesaikan permasalahan Jakarta tidak mungkin diulur. Itu membutuhkan ketegasan dan ketepatan. "Kalau ditinggal nonton film rakyat ya pusing," katanya.
Perkataan itu pun diberikannya untuk para pejabat di Ibu Kota. Menurut dia, persoalan di Jakarta sudah terlalu akut dan tidak bisa menunggu lama lagi. Bahkan, kata mantan Bupati Belitung Timur itu, rancangan Jakarta yang lebih baik juga sebenarnya sudah ada. "Sayangnya tidak ada yang berani eksekusi. Lihat saja pembangunan Mass Rapid Transit yang rencananya sudah puluhan tahun," katanya.