Relawan mengevakuasi warga menggunakan perahu karet saat banjir yang melanda kawasan Pamanukan, Subang, Jawa Barat, Senin (20/1). TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir yang melanda wilayah Jakarta mengakibatkan lebih dari 60 ribu orang mengungsi. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan jumlah pengungsi banjir tahun ini masih lebih kecil ketimbang tahun lalu, yang mencapai 83 ribu.
Sutopo mengatakan pengungsi tersebar di 253 titik, dan yang paling banyak terdapat di Jakarta Timur. “Tahun lalu ada 307 titik,” ujar Sutopo dalam siaran pers, Selasa, 21 Januari 2014.
Sutopo mengatakan lima kebutuhan mendesak untuk pengungsi yaitu mobil toilet untuk daerah yang sulit terjangkau, seperti di Cakung Timur; selimut; makanan siap saji; air mineral; dan air bersih.
Pengungsi di Jakarta Timur tersebar di 101 titik. Ada sekitar 65 ribu orang terdampak banjir. Banjir menggenangi wilayah timur ini dengan ketinggian 20-350 sentimeter. Ada sembilan kecamatan, 32 kelurahan, dan 131 RW yang terdampak banjir.
Di Jakarta Selatan, ketinggian banjir sekitar 50-300 sentimeter. Ada sekitar 30 ribu jiwa terdampak banjir di delapan kecamatan, 16 kelurahan, dan 40 RW. Pengungsi di wilayah selatan tersebar di 44 titik.
Di Jakarta Pusat, ketinggian banjir berkisar 50-150 sentimeter. Ada 10 ribu jiwa terdampak di dua kecamatan, sembilan kelurahan, dan 25 RW. Jumah pengungsi di Jakarta Pusat mencapai 3.000 jiwa.
Banjir menggenangi Jakarta Barat dengan ketinggian 10-150 sentimeter. Ada sekitar 25 ribu jiwa terdampak banjir di sembilan kecamatan, 19 kelurahan, dan 87 RW. Pengungsi di Jakarta Barat mencapai 14 jiwa.
Di Jakarta Utara, banjir dengan ketinggian 20-130 sentimeter di enam kecamatan. Jumlah pengungsi di Jakarta Utara mencapai 6.000 jiwa.
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
2 Maret 2024
Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta
Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.