Selama 7 Tahun, Warga Kapuk Muara Dikepung Air  

Reporter

Senin, 17 Februari 2014 03:02 WIB

Seorang warga membawa air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di RT 02 RW 04 kelurahan penjaringan, Jakarta Utara, Minggu 22 Juli 2012. Sejak tahun 1995 kawasan tersebut terendam banjir rob dan hingga kini belum ada relokasi dari Pemda DKI. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO , Jakarta:- Sudah lebih dari 5 hari, hujan tidak turun di Kapuk Muara. Sinar matahari terasa sangat terik, hawa panas pun menyengat karena wilayah kelurahan ini berlokasi di pinggir pantai. "Sepertinya sudah mau masuk musim kemarau," kata Arman (37), seorang nelayan yang tinggal sekitar 100 meter dari tempat pelelangan ikan Kapuk Muara dan bibir pantai.

Namun meski cuaca sudah lebih bersahabat, tapi ratusan warga di RT 04, Kamal Muara masih harus hidup di tengah genangan air. Sebetulnya, banjir sudah jadi menu rutin warga di sana sejak puluhan tahun silam. "Setiap pertengahan bulan, ketika purnama kampung ini memang selalu kena banjir rob," ujar Arman. Biasanya, kata dia, banjir rob hanya menerjang selama 2 hari, setelah itu surut.

Tapi sejak 2007 silam, kampung ini benar-benar terendam banjir. "Awalnya banjir rob, tapi setelah air masuk, tidak keluar lagi," kata Ahmadi ketua RT setempat. Sejak itulah, wilayah RT 04 dan sekitarnya tergenang. Jika tidak tahu sejarahnya, orang akan mengira kampung ini dibangun di atas rawa-rawa. "Padahal dulu tanah masih terlihat."

Air yang terperangkap di pemukiman padat penduduk itu kemudian bercampur dengan sampah dan lumpur. Akibat terendam, warga pun berinisiatif membangun jembatan bambu, menggantikan gang setapak yang sudah tidak terlihat.

"Sebagian warga yang mampu menguruk rumah agar air tidak masuk," kata Ahmadi. Rumah pria asli kampung itu pun kini sudah rendah karena 3 kali diuruk. "Plafonnya sudah dekat dengan kepala," ujar dia. Sedangkan warga yang tidak mampu terpaksa membangun tanggul di sekeliling rumah. Jika hujan sedikit, air meluap masuk ke rumah yang letaknya lebih rendah dari permukaan genangan.

Sebetulnya, Ahmadi menuturkan, dia sudah berkali-kali mengajukan bantuan kepada pemerintah untuk membuatkan saluran air. "Ini banjir akibat tidak ada saluran drainase." Padahal kampung ini bersisian dengan Kali Tanjungan dan dekat dengan pantai. "Letaknya juga memang rendah dan berbentuk cekungan, jadi kalau air masuk ya susah keluar."

Entah kenapa upaya Ahmadi untuk meminta bantuan pembuatan saluran pembuangan air sejak 2008 silam tidak ada tindak lanjut. "Capek saya harus ngomong ke siapa lagi." Uang operasional RT yang dia dapatkan sebesar Rp 900 ribu setahun habis untuk membuat jembatan bambu pengganti jalan setapak. "Mau bikin saluran air sendiri ya dananya tidak ada," kata Ketua RT yang telah menjabat lebih dari 10 tahun itu. Mayoritas warga di sana berprofesi nelayan atau buruh. "Boro-boro mau iuran untuk bikin drainase, sehari-hari saja sulit."

Masalah lain yang timbul akibat genangan di antara pemukiman warga seluas sekitar 14 hektar itu, nyamuk dan tikus berkembang biak sangat pesat. Saat Tempo berkunjung ke sana Jumat, 14 Februari 2014, tikus berkeliaran begitu saja seakan tidak takut kepada manusia. Kulit pun gatal-gatal, diserang nyamuk yang agresif. Lalat berterbangan dan mengerubuti sampah bercampur aneka jenis kotoran.

"Ya beginilah, karena sudah biasa jadi mungkin warga di sini jadi kebal penyakit," Ahmadi berseloroh. Namun dia rutin melakukan fogging untuk mengurangi nyamuk. "Kasihan banyak anak-anak, takutnya kena demam berdarah." Biaya untuk fogging yang mencapai Rp 500 ribu pun terpaksa dia rogoh dari kantongnya sendiri.

Pada 2010 lalu, pemerintah kota Jakarta Utara membantu warga setempat membangun jalan setapak yang terbuat dari paving block. Tapi permukaan tanah di sana terus turun, akibatnya jalan tersebut kembali terendam. Kampung ini memang terletak di antara pabrik-pabrik besar. "Mungkin tanah turun terus karena air tanahnya disedot terus-terusan." Akibatnya air jadi semakin sulit mengalir dan berubah menjadi comberan.

Sekretaris Kelurahan Kamal Muara Dwi Puji mengatakan wilayah RT 04 memang berbentuk seperti mangkok. "Dia adanya di cekungan, jadi memang selalu kebanjiran." Saat banjir besar awal tahun lalu, puluhan warga di sana terpaksa mengungsi ke kantor kelurahan karena genangan air naik hingga 1 meter. Saat banjir surut, genangan yang tersisa tingginya 30 centimeter lebih. Dia pernah mencoba mengukur kedalaman genangan. "Kaki saya terperosok ke dalam lumpur sampai hampir sepinggang."

Dwi menyatakan pihak kelurahan juga sudah mengupayakan bantuan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan Desa pada tahun lalu. Tapi usulan peninggian jalan di RT 04 ditolak. "Alasannya itu kewenangan pemerintah kota." Dia tidak tahu kapan pembangunan jalan dan drainase di sana akan dilakukan. "Tergantung pemerintah kota," katanya.

Ketidakjelasan perbaikan lingkungan di Kamal Muara membuat Ahmadi, Arman dan warga lainnya, masih harus bersabar sampai tempat tinggal mereka bebas dari banjir. Entah sampai kapan genangan comberan bercampur sampah yang berbau busuk menghiasi kampung di ujung barat Teluk Jakarta itu.

PRAGA UTAMA

Berita terkait

Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

29 hari lalu

Banjir Jakarta Merendam 40 RT dan Lima Ruas Jalan, Puluhan Orang Mengungsi

Curah hujan tinggi dan luapan sungai memicu banjir Jakarta. Permukiman dan ruas jalan di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat terendam.

Baca Selengkapnya

Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

37 hari lalu

Anggota DPRD DKI Kritik Penanganan Banjir Jakarta: Fokus, Jangan Main-main sama Banjir

Penanganan banjir Pemprov DKI Jakarta menuai kritik karena dinilai tidak fokus dan tak kunjung terealisasi.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

38 hari lalu

Heru Budi Sebut Jakarta Kewalahan Jika Hujan 4 Jam Berintensitas 180 mm per Hari, Begini Penjelasannya

Heru Budi mengatakan Proyek Sodetan Ciliwung dapat mengatasi banjir di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

49 hari lalu

Status Pintu Air di DKI Siaga 3, BPBD Imbau Warga Waspada Banjir

BPBD DKI Jakarta memperingatkan perihal peningkatan status siaga genangan akibat hujan lebat di beberapa wilayah.

Baca Selengkapnya

Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

59 hari lalu

Menelisik Banjir Jakarta Pekan Lalu: Apa Saja Pokok Sebabnya?

Berikut wilayah terdampak banjir Jakarta dan dugaan faktor penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

2 Maret 2024

Tambah Pompa Air Jadi Solusi Paling Cepat Banjir Jakarta

Wakil Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA), Azas Tigor Nainggolan menyampaikan, banyaknya titik genangan air di Jakarta terjadi karena kondisi daratan yang berada dibawah permukaan air laut.

Baca Selengkapnya

Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

2 Maret 2024

Perkiraan Cuaca Jakarta: Potensi Hujan Ringan dan Hujan Petir di Akhir Pekan, Waspada Banjir Seminggu ke Depan

Cuaca Jakarta berpotensi hujan pada hari ini dan besok. Waspada banjir Jakarta seiring perkiraan hujan ekstrem sepekan ke depan.

Baca Selengkapnya

Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

1 Maret 2024

Periset BRIN Ungkap Penyebab Genangan Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta

Saat ini, hujan dengan intensitas 150 milimeter per hari sudah dapat membuat banjir Jakarta karena kapasitas drainase menurun.

Baca Selengkapnya

Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

1 Maret 2024

Top Metro: Banjir Jakarta Kemarin, Sidang Gugatan Almas-Gibran, Upaya Pembebasan Pilot Susi Air

Simak berita populer di kanal Metro, mulai dari banjir di Jakarta hingga upaya pembebasan pilot Susi Air di Papua

Baca Selengkapnya

Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

29 Februari 2024

Berenang di Kali Sunter saat Hujan, Bocah di Pulogadung Tenggelam

Dinas Gulkarmat DKI masih mencari RA, 13 tahun, yang tenggelam saat berenang di Kali Sunter, Pulogadung ketika hujan turun

Baca Selengkapnya