Survei Sayap PKS, Pengamat: Ilmiah atau Abal-abal?  

Reporter

Rabu, 26 Maret 2014 14:44 WIB

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berjalan kaki memasuki kantor Balaikota usai usai menaiki Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB) jururan Pluit-Monas di halte TransJakarta Balaikota, Jakarta, Jumat (7/2). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI), Yunarto Widjaja, mengatakan masyarakat tak bisa sembarangan mempercayai hasil survei yang beredar, terutama pada masa kampanye. Soalnya, tak jarang ada kepentingan politik untuk menjatuhkan lawannya dalam rilis tentang survei.

"Harus bisa membedakan mana survei yang benar-benar ilmiah dan mana survei abal-abal," katanya kepada Tempo, Rabu, 26 Maret 2014. Survei yang terpercaya, kata dia, harus bisa dipertanggungjawabkan dari segi metodologi.

Organisasi yang merilis survei harus bisa menjelaskan metode penelitian, seperti pengambilan sampel, sebaran responden, dan jenis pertanyaan yang diajukan. Soalnya, itu merupakan pertanggungjawaban lembaga bahwa hasil survei mereka memang mewakili masyarakat. "Boleh saja kalau organisasi mau melakukan survei internal, tetapi hasilnya tak boleh mengatasnamakan masyarakat Jakarta. Itu namanya penipuan," ujar Yunarto.

Selain itu, survei juga lebih rentan disalahgunakan untuk menjatuhkan lawan politik di masa kampanye seperti sekarang. Oleh sebab itu, Komisi Pemilihan Umum sudah meminta lembaga survei dan hitung cepat mendaftarkan diri. Tujuannya, agar hasil survei tidak memihak atau menjatuhkan kelompok tertentu. Jika survei itu dirilis oleh organisasi sayap partai, besar kemungkinan survei itu hanya kepentingan partai. (Baca: Ahok Akui Diwarisi Jokowi Jurus Menahan Diri)

Pengamat dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago, mengatakan hasil survei itu tidak relevan. Alasannya, prosedur penggantian kepala daerah itu sudah diatur dalam undang-undang. "Kalau tidak suka prosedur itu, harus perjuangkan perubahan undang-undang," katanya. "Ini sama saja dengan survei yang menyatakan masyarakat tidak setuju kapolda atau pangdam yang menjabat di sana," katanya.

Sebelumnya diberitakan organisasi sayap Partai Keadilan Sejahtera, Gerakan Pemuda Keadilan (Gema Keadilan), Garda keadilan, dan Benteng Muda PKS merilis hasil survei yang menyatakan tak ingin Jakarta dipimpin figur seperti Ahok. (Baca: Diserang Sayap PKS, Ahok: Aku Sudah Biasa)

Alasannya, mereka keberatan dengan kinerja dan gaya komunikasi Ahok selama 1,5 tahun menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ketua Umum Gema Keadilan, Ronald Darmasyah, mengatakan sikap itu diambil setelah mereka melakukan survei pada 20-24 Maret 2014 terhadap 1.589 reponden di Jakarta.

"Ternyata 93 persen responden menyatakan tidak siap dipimpin oleh Ahok," kata dia di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Selasa, 25 Maret 2014. Survei itu, kata dia, dilakukan dengan mewawancarai 300 orang secara tatap muka dan 1.289 orang mengisi kuisioner online. Pertanyaan yang diajukan terdiri atas pertanyaan terbuka dan tertutup kepada warga di lima wilayah Kota Jakarta dan Kabupaten Kepulauan Seribu. (Baca: Sayap PKS Tolak Ahok Jadi Gubernur)

ANGGRITA DESYANI

Berita Lainnya:
Kasus Bus Transjakarta, Ahok Dapat Usul Baru yang Aneh
Hibah Bus Solar, Pengamat Sarankan Perda Direvisi
Cara Jokowi Cegah Kerabat Aji Mumpung

Berita terkait

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

10 jam lalu

Ahok Kritik Penonaktifan NIK KTP Jakarta: Jangan Merepotkan Orang

Bulan lalu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mengajukan penonaktifan terhadap 92.493 NIK warga Jakarta ke Kemendagri.

Baca Selengkapnya

Cerita Ahok Soal Ide Bangun Parkir Bawah Tanah Monas untuk Atasi Kemacetan Jakarta

13 jam lalu

Cerita Ahok Soal Ide Bangun Parkir Bawah Tanah Monas untuk Atasi Kemacetan Jakarta

Mantan Gubernur DKI Jakarta Ahok mengatakan konsep tempat parkir bawah tanah Monas ini sempat masuk gagasannya.

Baca Selengkapnya

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

3 hari lalu

4 Wajah Lama Ini Kembali Muncul dalam Bursa Bakal Calon Gubernur Pilkada 2024

Sejumlah nama bakal calon gubernur di Pilkada 2024 sudah mulai bermunculan, termasuk 4 wajah lama ini. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

4 hari lalu

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

Ahok akan bersaing dengan sejumlah nama populer dalam Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

7 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

9 hari lalu

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

38 hari lalu

Gaya Ahok, Anies, dan Heru Budi Tangani Banjir di DKI Jakarta

Banjir melanda sebagian wilayah di DKI Jakarta kerap terjadi berulang kali. Berikut gaya gubernur DKI menyikapi banjir di wilayahnya.

Baca Selengkapnya

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

38 hari lalu

Mereka yang Dijerat Kasus Penistaan Agama, Ahok hingga Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun

Berikut sederet kasus penistaan agama yang dijatuhkan vonis untuk Ahok, Arya Wedakarna, dan terakhir Panji Gumilang Pimpinan Ponpes Al Zaytun.

Baca Selengkapnya

81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

53 hari lalu

81 Tahun Ma'ruf Amin, Berikut Jalan Politiknya dan Pernah Punya Story dengan Ahok

Ma'ruf Amin berusia 81 tahun pada 11 Maret ini. Berikut perjalanan politiknya hingga menjadi wapres, sempat pula berseteru dengan Ahok.

Baca Selengkapnya

Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

56 hari lalu

Ramai Soal KJMU, Apa itu Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang Diinisiasi Ahok dan Diteruskan Anies Baswedan?

Ramai di media sosial soal Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang disebut diberhentikan sepihak oleh Pemprov DKI Jakarta. Apa beda KJMU dan KJP Plus?

Baca Selengkapnya