Bocah Korban Pelecehan: Stop, Please Don't Do That  

Reporter

Editor

Harun Mahbub

Senin, 14 April 2014 18:21 WIB

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Mental dan fisik korban pelecehan seksual di taman kanak-kanak internasional di Jakarta terganggu setelah. "Juga terinfeksi bakteri dan herpes di bagian duburnya," kata ibundanya di Jakarta, Senin, 14 April 2014.

Meski para pelaku sudah teridentifikasi dan ditangkap polisi, dia masih cemas. Saat ini kondisi anaknya memprihatinkan. "Duburnya membusuk gara-gara infeksi kuman dan herpes," ujarnya. Bahkan secara psikologis M pun terguncang dan trauma. "Sejak bercerita kepada saya kalau dia kerap dicabuli, dia enggan bersekolah. Sedangkan di rumah, putranya juga enggan memakai celana. Kalau pakai celana dia ngompol terus, dan setiap malam mengigau dengan kata-kata stop, please don't do that, go away from me!" ujar P.

Infeksi yang diderita anaknya diketahui setelah pada 27 Maret 2014 M menderita demam tinggi hingga suhu tubuhnya 38 derajat Celsius. Berdasarkan pemeriksaan darah dan visum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dokter menyatakan dia mengalami infeksi. "Setiap malam dia kesakitan, bagian pantatnya juga membengkak," kata sang ibu. Sejak pemeriksaan itu, setidaknya tujuh butir obat harus dikonsumsi bocah ini.

Namun, yang mengherankan, menurut dia, infeksi herpes yang diderita anaknya tidak ditemukan pada hasil pemeriksaan darah dan cairan kelamin para tersangka oleh polisi. "Di tersangka Awan dan Agung hanya ditemukan kuman yang juga menginfeksi anak saya, tapi mereka tidak menderita herpes." Ia menduga ada pelaku lain yang belum teridentifikasi.

Tidak hanya itu, dia bahkan curiga dan khawatir ada korban lain di sekolah itu selain anaknya. "Saya minta pihak sekolah ikut menyelidiki kasus ini, dan buat para ibu saya imbau untuk memeriksakan anaknya dan lebih teliti jika anak menunjukkan keanehan perilaku." (Baca : Siswa TK Internasional Diduga Disodomi di Sekolah)

P mengetahui kasus pelecehan seksual anaknya pada 21 Maret 2014. Saat itu anaknya, yang telah menunjukkan gelagat mencurigakan selama beberapa hari sebelumnya, bercerita bahwa di sekolah dia dipukuli dan dilecehkan oleh sejumlah orang. Para pelaku, menirukan cerita anaknya, terdiri atas dua orang pria dan seorang perempuan berusia 28-30 tahun. Salah satu di antara mereka adalah petugas kebersihan sekolah.

Baru pada 24 Maret 2014 P melaporkan kasus ini kepada polisi. Polisi kemudian menangkap dua pelaku pada 3 April 2014, yang teridentifikasi bernama Agun dan Afriska, di tempat terpisah. Saat ditangkap, Agun malah mengatakan kenapa Awan, salah satu temannya, tidak ikut ditangkap.

Berbekal "nyanyian" Agun, polisi menangkap Awan yang. Setelah sempat menyangkal, Awan akhirnya mengakui telah menyodomi korban. Namun, karena kurangnya bukti, polisi melepaskan Afriska pada 4 April 2014. Adapun Agun dan Awan ditahan dan telah ditetapkan menjadi tersangka.

PRAGA UTAMA

Berita Terpopuler Lain
Bayi Meninggal di Pesawat Lion Air
Tekuk Chong Wei, Simon Juara Singapura Terbuka
Tekuk City, Gerrard Berkukuh Livepool Belum Aman

Berita terkait

10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

39 hari lalu

10 Perilaku Pasangan yang Merendahkan Anda dan Hubungan, Jangan Ditoleransi

Anda sering terluka atau mempertanyakan harga diri. Berikut perilaku pasangan yang menjadi sinyal Anda harus bersikap tegas dalam hubungan.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Pihak Johnny Depp atas Tuduhan Pelecehan Verbal dari Lawan Mainnya

42 hari lalu

Tanggapan Pihak Johnny Depp atas Tuduhan Pelecehan Verbal dari Lawan Mainnya

Tanggapan Johnny Depp setelah dituduh melakukan pelecehan verbal terhadap lawan mainnya di lokasi syuting film Blow yang dirilis 23 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mantan Produser Nickelodeon Minta Maaf Atas Perilakunya yang Diungkap Serial Quiet On Set

43 hari lalu

Mantan Produser Nickelodeon Minta Maaf Atas Perilakunya yang Diungkap Serial Quiet On Set

Mantan Produser Nickelodeon, Dan Schneider terseret kasus pelecehan, seksisme, rasisme, dan perlakuan tidak pantas terhadap artis cilik.

Baca Selengkapnya

Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

45 hari lalu

Fakultas Filsafat UGM Dalami Dugaan Kekerasan Seksual Mahasiswa dengan Korban 8 Orang

Fakultas Filsafat UGM menunggu laporan dari para korban untuk penanganan yang lebih tepat dan cepat.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Pungli di Rutan KPK, Terbongkarnya Diawali Kejadian Pelecehan Seksual

47 hari lalu

Kilas Balik Kasus Pungli di Rutan KPK, Terbongkarnya Diawali Kejadian Pelecehan Seksual

KPK telah menetapkan 15 tersangka kasus pungutan liar di rumah tahanan KPK. Berikut kilas baliknya, diawali kejadian pelecehan seksual.

Baca Selengkapnya

Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

58 hari lalu

Dugaan Pelecehan oleh Rektor Universitas Pancasila, Polisi Periksa 15 Saksi

Rektor Universitas Pancasila nonaktif Edie Toet Hendratno dilaporkan dua orang atas dugaan pelecehan

Baca Selengkapnya

Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Dokter di Palembang, Pelapor akan Serahkan Barang Bukti

1 Maret 2024

Dugaan Pelecehan Seksual Oleh Dokter di Palembang, Pelapor akan Serahkan Barang Bukti

Perkara dugaan pelecehan seksual oleh dokter di salah satu rumah sakit di Jakabaring, Palembang, terus bergulir di Polda Sumatera Selatan

Baca Selengkapnya

Datangi Polda, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

29 Februari 2024

Datangi Polda, Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

Rektor Universitas Pancasila nonaktif, Edie Toet Hendratno, 72 tahun, memenuhi panggilan polisi untuk diperiksa di kasus dugaan pelecehan seksual

Baca Selengkapnya

Rektor Universitas Pancasila Diperiksa Hari Ini, Korban Bantah Ada Motif Politik

29 Februari 2024

Rektor Universitas Pancasila Diperiksa Hari Ini, Korban Bantah Ada Motif Politik

Pengacara rektor Universitas Pancasila menuding ada motif politik karena isu pelecehan seksual ini mencuat jelang pemilihan rektor.

Baca Selengkapnya

Yayasan Minta Rektor Universitas Pancasila Kooperatif Jalani Proses di Polisi soal Dugaan Pelecehan

27 Februari 2024

Yayasan Minta Rektor Universitas Pancasila Kooperatif Jalani Proses di Polisi soal Dugaan Pelecehan

Yayasan Universitas Pancasila meminta rektor nonaktif ETH kooperatif menjalani proses di kepolisian dalam kasus dugaan pelecehan seksual

Baca Selengkapnya