Sejumlah pengendara melintas di atas bendungan Katulampa yang mengalami kekeringan di Bogor, 19 September 2014. ANTARA/Jafkhairi
TEMPO.CO, Bogor - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor telah menetapkan status siaga darurat kekeringan sejak 1 September 2014. Penetapan ini dilakukan karena di kabupaten itu ada 62 desa di 17 kecamatan yang mengalami kekeringan. (baca juga: Bendungan Katulampa pada Titik Nol)
"Status siaga ini sampai akhir Oktober karena berdasarkan perkiraan BMKG pada akhir bulan itu hujan sudah mulai turun," kata Kepala BPBD Kabupaten Bogor Yos Sudrajat, Rabu, 24 September 2014. (lihat: Kekeringan di Jabotabek Hingga Akhir Oktober)
Yos mengatakan dari 17 kecamatan itu, enam di antaranya berada dalam kondisi paling parah, yakni Cariu, Jonggol, Klapanunggal, Tanjungsari, Tamansari, dan Jasinga. "Untuk itu kami sudah mendistribusikan sebanyak 85 ribu liter atau 17 tangki air bersih ke lokasi kekeringan," kata dia. Bantuan air bersih tersebut hanya bisa memenuhi kebutuhan minum, mandi, dan mencuci untuk 904 keluarga.
Menurut Yos, bencana kekeringan terparah yang pernah melanda Kabupaten Bogor terjadi pada 2012. Saat itu 19 kecamatan dilanda kekeringan dan sebagian besar berada di wilayah timur.
Untuk mengantasi kekeringan, pemerintah melalui PDAM, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, berusaha mencari solusi yang cepat untuk membantu masyarakat. "Bahkan, kami juga berkoordinasi dengan Dinas ESDM untuk mencari lokasi-lokasi yang menjadi sumber mata air agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat," kata dia.
BPBD sudah membuat tempat penampungan air di 41 titik dengan kapastitas 5000 liter. Tempat penampungan itu menyediakan air bersih selama 24 jam. "Kami juga sudah berkoordinasi dengan perusahan-perusahaan air minum, air curah dengan menggunakan mobil tangki air milik TNI untuk mendistribusikan air bersih ke lokasi yang mengalami kekeringan," kata Yos.