Pemancing di Ciliwung: Plastik Lagi, Sampah Lagi
Editor
Rini Kustiani
Sabtu, 6 Desember 2014 09:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Agus Rahmadi, 30 tahun, warga RT 08 RW 01 Kampung Pulo, hanya geleng-geleng kepala saat joran pancingnya diangkat. Agus kecewa lantaran kailnya bukan mengait ikan, tapi sampah plastik berwarna hitam. "Plastik lagi, plastik lagi," gerutu Agus, Jumat, 5 November 2014.
Agus sudah dua jam duduk di bantaran Kali Ciliwung, persis di sisi barat jalan layang Kampung Melayu. Agus hobi memancing. Dia mencoba peruntungannya mendapat ikan setelah hujan deras mengguyur Jakarta pada Jumat sore.
Tapi Agus tahu diri. Sebab, tak mudah memancing ikan saat arus sungai sedang deras. Musababnya, kata dia, aliran sungai membawa sampah plastik yang tak jarang menyangkut di senar pancing atau bahkan di mata kail.
Selain itu, Agus menceritakan, sampah membuat ikan seperti enggan mampir di Kali Ciliwung. "Lihat saja hasil pancingan ikan saya," katanya sambil menyorongkan kerambanya yang baru berisi tiga ikan gabus seukuran telapak tangan anak-anak.
Sampah memang menjadi masalah serius di Kali Ciliwung. Bahkan tumpukan sampah dalam waktu lama membuat sedimentasi di pinggir sungai. Seperti tempat Agus memancing. Bapak dua anak itu berdiri di atas tumpukan tanah dan sampah yang menggunung setinggi 1,5 meter. Sampah dan sedimentasi membuat lebar sungai yang semula 10 meter menyempit jadi 6 meter.
Tak jauh dari lokasi Agus memancing, Ida Nuraeni, 44 tahun, ibu rumah tangga yang tinggal di Kampung Pulo, selesai memasak. Rumahnya hanya berjarak 10 meter dari bibir Kali Ciliwung. Plastik bumbu, potongan sayur, dan sampah bekas memasaknya dikumpulkan di dalam satu plastik berwarna putih.
Ida kemudian berjalan menuju bibir sungai sambil menenteng plastik sampah yang berisi limbah dapur tadi. Tiba-tiba plastik itu melayang dan hanyut terbawa derasnya aliran sungai. "Sudah biasa (membuang sampah ke kali)," kata Ida seraya tersenyum. Ida mengaku sengaja membuang sampah ke sungai karena letak tempat pembuangan sampah di kampungnya jauh.
Kebiasaan warga membuang sampah di Kali Ciliwung, kata Abdul Kodir, Ketua Komunitas Ciliwung Condet, muncul karena masyarakat tak punya pengetahuan cara mengelola sampah. Alih-alih punya keterampilan itu, dia melanjutkan, masyarakat manja karena berharap uluran tangan pemerintah hanya untuk membeli bak sampah. "Lantas mereka memilih jalan pintas, membuang sampah di sungai karena hanyut terbawa arus," ucapnya.
Tak mengherankan juga bila "tradisi" warga melempar sampah ke sungai menyebabkan volume sampah di Kali Ciliwung sangat tinggi. Menurut Komaluddin, Kepala Unit Pengelola Kebersihan Badan Air, Taman, dan Jalur Hijau Dinas Kebersihan DKI Jakarta, sampah yang ada di Ciliwung sepanjang 2013 mencapai 150 ton. "Kebiasaan buang sampah di Kali Ciliwung turut andil dalam menyebabkan banjir di Jakarta tiap tahunnya."
RAYMUNDUS RIKANG
Topik terhangat:
Golkar Pecah | Wakil Ahok | Interpelasi Jokowi | Susi Pudjiastuti
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Untung Golkar Tolak Perpu Pilkada, Kok Bisa?
SBY Serukan Merapat ke PDIP
Menteri Yasonna Soal SBY: Dia Pengkhianat Duluan
Susi Beberkan Prestasi Lima Pekan Jadi Menteri
Analis: Saham 'Gocap' Bakrie Gara-gara Nama Ical