TEMPO.CO, Jakarta - Resep mengatasi banjir di Jakarta belum ada yang tepat dan cepat. Namun, berbagai upaya terus ditempuh oleh Pemerintah Provinsi DKI. Seperti yang dituturkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Air DKI Jakarta, Agus Priyono, ini.
Agus mengklaim sudah membuat master plan untuk mengatasi banjir di Ibu Kota yang akan direalisasikan 2015 ini. Sebagai program prioritas ada tujuh wilayah yang bakal ditata untuk meminimalisir banjir. "Program ini dibuat untuk menangani banjir dari aliran barat, tengah dan timur," kata Agus kepada Tempo, Senin 9 Februari 2015.
Jika ingin banjir di Jakarta tuntas seluruhnya, menurut Agus, dibutuhkan dana untuk tata kelola air sebesar Rp 118 triliun. Tetapi, khusus tahun ini Dinas Pekerjaan Umum Tata Air hanya mendapat dana Rp 2,7 triliun. "Itu saja yang Rp 700 miliar sudah disedot untuk pembebasan lahan," ujar Agus.
Soal duit Rp 118 triliun, kata Agus, mustahil bisa dipenuhi oleh pemerintah DKI dalam waktu singkat. Uang itu tak mungkin tersedia karena Penerimaan Asli Daerah DKI Jakarta tak lebih besar dari Rp 118 triliun. Apalagi, yang diurusi pemerintah bukan cuma banjir, tapi juga kemacetan lalu lintas Jakarta.
Berikut ini strategi Dinas PU Tata Air
<!--more-->
Aliran Barat
Agus memilih pengentasan masalah banjir di tujuh wilayah menjadi prioritas. Di aliran barat, Agus fokus pada kawasan di depan Universitas Trisakti yang tak jauh dari Universitas Tarumanegara. Lokasi ini akan digarap pada akhir 2015, di antaranta membuat polder di Jelambar menjadi target prioritas selama dua tahun yaitu 2015-2016.
"Kalau di Jelambar pengerjaan agak sedikit rumit karena bersinggungan dengan masyarakat," kata Agus. Program lainnya adalah pembenahan saluran di Taman Ratu Greenville-Tanjung Duren-Panjang yang akan dimulai 2015 ini.
<!--more-->
Aliran Tengah
Di aliran tengah, untuk kawasan Mampang, Jakarta Selatan, menurut Agus, DKI membuat kombinasi antara sumur resapan dengan memperbanyak jumlah waduk. Proyek ini segera dimulai pada 2015 ini. "Tanah yang rendah akan dibeli oleh pemerintah lantas dibuat waduk," kata Agus.
Khusus untuk wilayah Kebon Baru, kata Agus, pemerintah akan memperkuat sheet pile dengan menutup kebocoran di dekat Jembatan Kampung Melayu dan menambah bronjong lalu menambah pompa mobile di kawasan ini.
Agus menjelaskan, ada rencana pembebasan lahan untuk kawasan tersebut. Untuk Bidara Cina, proyek yang sudah dimulai pada 2014 akan dituntaskan pada 2015 sehingga pada 2015 akhir pengerjaan ditargetkan tuntas. "Nanti juga akan nambah satu pompa lagi," kata Agus.
<!--more-->
Aliran Timur
Di aliran timur, untuk daerah Cawang, pemerintah berencana membangun sodetan ke arah Tanjung Priok yang kemudian dicrossing ke Cipinang supaya genangan tak terperangkap. Untuk daerah Kelapa Gading, pemerintah menambah tiga pompa di Boulevard Barat, Artha Gading dan Kali Petik. "Semua ini ada di sisi kanan Sunter. Kalau di sisi timur tak akan maksimal dikerjakan saat ini karena harus mengalir ke Cakung Lama sementara kali Cakung Lama saat ini lebarnya hanya tersisa dua meter dari semula 12 meter," ujar Agus.
Agar rencana ini mulus, Agus mengaku akan memaksimalkan dana Rp 2 triliun untuk memastikan ada pompa di muara, terbangunnya tanggul pantai untuk menahan rob, normalisasi kali dan waduk dengan turap dan pengerukan. Adapun penanganan wilayah rendah seperti di Jakarta Utara, kata Agus, akan dibangun sistem polder, dibuatkan tanggul kemudian dipasang pompa. "Rencananya untuk Jakarta Utara hampir semuanya akan dibangun polder."
<!--more-->
Kawasan Selatan
Banjir di wilayah Jakarta Selatan semakin meluas juga membutuhkan penanganan ekstra. Menurut Agus, di sisi selatan pemerintah akan mengoptimalkan peran situ, waduk, embung dengan kombinasi sumur resapan untuk mengurangi ran off ke bawah.
Diakuinya, jumlah situ atau empang di kawasan ini terus berkurang. Akibatnya, setiap hujan lebar tidak ada lagi tempat penampungan air. Normalisasi situ, pemerintah DKI perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah sekitar seperti Tangerang Selatan, Depok dan Bogor. Di daerah ini masih banyak situ yang berfungsi menampung air hujan.
Selain itu juga diperlukan normalisasi sungai di Jakarta. Di Waduk Marunda dan Rorotan, kata Agus, akan dibuat penyediaan air baku atau air tawar. "Di muara bisa dipasang pompa seperti Pluit."
DINI PRAMITA