Korban Obat Bius Bermasalah Kejang Selama Dua Hari  

Reporter

Editor

Nur Haryanto

Kamis, 19 Februari 2015 08:45 WIB

REUTERS/Cheryl Ravelo

TEMPO.CO, Tangerang - Rilda Amanda, 33 tahun, pasien Rumah Sakit Siloam, Karawaci, Tangerang, yang meninggal karena suntikan obat Buvanest Spinal yang diproduksi Kalbe Farma mengalami kejang-kejang dan koma selama dua hari.

Pegawai negeri sipil di Dirjen Kementerian Perhubungan ini tidak pernah sadarkan diri setelah mendapatkan suntikan pertama dari dokter saat akan operasi caesar kelahiran anak pertamanya itu. "Sangat menyedihkan melihat kondisinya," kata Ary Avinto, suami Rilda, saat ditemui kepada Tempo di rumahnya, Rabu malam, 18 Februari 2015.

Ary menuturkan, ia mendampingi istrinya ke rumah sakit itu pada Rabu, 11 Februari 2015, sekitar pukul 10.00. Saat itu, mereka datang untuk check up rutin kandungan yang sudah memasuki usia 40 pekan. Rumah Sakit Siloam mereka pilih, karena Ida, sapaan Rilda, sudah merasa cocok dengan dokter kandungan yang praktek dirumah sakit itu.

Setelah pemeriksaan, kata Ary, dokter menyatakan Ida harus melakukan persalinan hari itu juga. Karena sudah membuat persiapan, Ida dan Ary menyatakan siap dan Ida pun menjalani pemeriksaan dan proses melahirkan caesar. Sekitar pukul 14.30, Ida masuk ruang operasi." Dokter melarang saya untuk masuk, dan akhirnya saya dan keluarga menunggu di ruang tunggu pasien," kata Ary.

Sekitar 30 menit kemudian, bayi dengan berat 28,8 kilogram dan panjang 47 sentimeter itu lahir dengan selamat. "Saat bayi kami lahir, barulah dokter memberitahukan kondisi istrinya saya sesungguhnya," kata Ary.

Saat itu, dokter anestesi dan kandungan Rumah Sakit Siloam menyampaikan jika sesuatu terjadi pada Ida setelah mendapatkan suntikan pertama ketika proses operasi caesar akan dilakukan. "Suntikan pertama itu yang membuat Ida kejang-kejang, ternyata itulah mungkin yang membuat para dokter mempercepat proses kelahiran anak saya," kata Ary.

Dokter rumah sakit saat itu, kata Ary, juga terlihat panik dan merasa ada yang aneh pada obat yang mereka pakai. Setelah kejadian itu, obat yang mereka gunakan diperiksa di laboratorium rumah sakit dan kemudian, menyatakan obat yang belakangan diketahui diproduksi Kalbe Farma itu bermasalah.

Untuk mengurangi kejang-kejang pada Ida, dokter Rumah Sakit Siloam, kata Ary, kembali memberikan suntikan obat bius kepada istrinya. "Kata dokter kalau kejang-kejang terus berbahaya pada jantung dan organ tubuh lainnya," katanya. Hingga saat itu, Ida dalam kondisi koma.

Keluarga Ida dan Ary yang sudah berkumpul di rumah sakit menunggu dengan penuh kecemasan. Hingga pada Jumat dinihari, 13 Februari, pukul 01.00, Ida dinyatakan meninggal. Keluarga yang saat itu menginap di rumah sakit hanya bisa pasrah dan tawakal. "Kami ikhlaskan kepergian anak kami, mungkin ini saatnya Allah memanggilnya," kata Edward Amir, ayah Ida.

JONIANSYAH

Berita terkait

Puan Maharani Minta Polri Tindak Tegas Mafia Obat Covid-19

1 Agustus 2021

Puan Maharani Minta Polri Tindak Tegas Mafia Obat Covid-19

Puan Maharani mengutuk praktik mafia obat, terlebih untuk obat terapi Covid-19. Meminta mereka ditindak tegas.

Baca Selengkapnya

Bantah Terawan, YLKI Sebut Harga Obat Mahal karena Mafia Impor

27 November 2019

Bantah Terawan, YLKI Sebut Harga Obat Mahal karena Mafia Impor

YLKI menilai rencana Menkes Terawan Agus Putranto untuk mengambil alih perizinan obat tidak bakal mampu menurunkan harga obat.

Baca Selengkapnya

Diancam Mafia, Nyawa Conor McGregor Dihargai Rp 14,3 Miliar

11 Januari 2018

Diancam Mafia, Nyawa Conor McGregor Dihargai Rp 14,3 Miliar

Bintang MMA dari UFC yang namanya sedang berkibar, Conor McGregor, dikabarkan sedang terlibat masalah dengan mafia Irlandia dan diancam untuk dibunuh.

Baca Selengkapnya

Kasus Obat Palsu, IDI dan YLKI Desak Penguatan BPOM  

10 September 2016

Kasus Obat Palsu, IDI dan YLKI Desak Penguatan BPOM  

IDI meminta pengawasan obat dan makanan diperketat.

Baca Selengkapnya

Ingin Harga Obat Murah, KPPU Gandeng UNDP  

25 Mei 2016

Ingin Harga Obat Murah, KPPU Gandeng UNDP  

KPPU menggandeng UNDP agar masyarakat lebih mudah mengakses obat murah.

Baca Selengkapnya

Tak Pernah Terjadi, Pemenang Lelang Obat Dibatalkan LKPP

9 Februari 2016

Tak Pernah Terjadi, Pemenang Lelang Obat Dibatalkan LKPP

Pelaku industri farmasi mempertanyakan akuntabilitas Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang membatalkan pemenang lelang obat

Baca Selengkapnya

Obat di Indonesia Termahal di ASEAN, Ini Dalih Menkes

8 Januari 2016

Obat di Indonesia Termahal di ASEAN, Ini Dalih Menkes

Menteri Nila Moeloek mengatakan, obat-obatan paten tertentu seperti obat kanker mahal karena masih dibuat perusahaan farmasi asing.

Baca Selengkapnya

KPPU: Harga Obat di Indonesia Termahal di ASEAN  

15 Desember 2015

KPPU: Harga Obat di Indonesia Termahal di ASEAN  

KPU menyebutkan harga obat di Indonesia termasuk salah satu yang termahal dibanding negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Tekan Harga Obat di Indonesia, Ini Usul KPPU  

15 Desember 2015

Tekan Harga Obat di Indonesia, Ini Usul KPPU  

KPPU mengusulkan pemerintah mengambil sejumlah langkah untuk menekan harga obat di Indonesia yang selama ini tergolong termahal di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Ini Surat Edaran Perhimpunan Dokter Tanggapi Suap Farmasi  

13 November 2015

Ini Surat Edaran Perhimpunan Dokter Tanggapi Suap Farmasi  

Investigasi Tempo menemukan sebanyak 2.125 dokter diduga menerima suap hingga Rp 131 miliar dari perusahaan farmasi.

Baca Selengkapnya