Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berkelakar atas rencana tim angket Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta untuk memanggil istrinya, Veronica Tan. Ahok, sapaan akrabnya, mengatakan tim angket seharusnya memanggil neneknya untuk memberikan keterangan.
"Sebetulnya tim angket itu lebih cocok panggil nenek saya karena saya kan menyebutnya, 'Pemahaman nenek lu,'" kata Ahok di Balai Kota, Jumat, 13 Maret 2015.
Rencana pemanggilan itu dilontarkan Ketua Tim Hak Angket DPRD DKI Jakarta Mohamad "Ongen" Sangaji dalam rapat hak angket yang berlangsung di Balai Kota, Kamis, 12 Maret 2015. Pemanggilan itu terkait dengan penyaluran dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) melalui Ahok Center. Sangaji mengatakan pemanggilan itu akan dilakukan pekan depan. Ahok Center, kata Sangaji, juga akan dipanggil. Alasannya, dana tanggung jawab sosial perusahaan yang disalurkannya harus dipertanggungjawabkan dan diaudit.
Coretan Ahok pada catatan APBD yang berbunyi "pemahaman nenek lu" itu memang heboh di media sosial. Bermula pada awal Januari 2015, Ahok menerima pengajuan anggaran Rp 8,8 triliun dari Bappeda DKI yang ternyata berasal dari DPRD DKI. Anggaran sebesar itu ditujukan untuk sosialisasi surat keputusan gubernur.
Melihat anggaran itu di dalam dokumen, Ahok geram. Ia menganggap dana itu tidak masuk akal. Dia coret selembaran itu. Coretannya berbentuk lingkaran dan ditulis "nenek lu". "Apa yang mau disosialisasi dari SK Gubernur? Tinggal dilihat doang. Makanya gue tulis, 'Nenek lu!'" katanya, Selasa, 3 Maret 2015.
Masalah kata-kata "nenek lu" ini pun dibahas dalam rapat hak angket, Kamis, 12 Maret 2015 kemarin. Anggota DPRD DKI Jakarta Maman Firmansyah meminta tim anggaran pemerintah daerah untuk menunjukkan coretan Ahok "nenek lu" yang terdapat dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara.
Sementara itu, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Sylviana Murni mengklarifikasi kedatangan istri dan adik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Veronica Tan dan Harry Basuki, pada rapat perkembangan revitalisasi Kota Tua pada Kamis, 5 Maret 2015.
Sylviana menjelaskan Veronika dan Harry datang karena mereka peduli terhadap Kota Tua. "Yang penting itu perkembangannya, mengapa dipermasalahkan siapa yang memimpin rapat?" kata Sylviana di Balai Kota, Senin, 9 Maret 2015. Sylviana mengatakan tak ada penunjukan pimpinan secara resmi setiap rapat digelar. Menurut dia, rapat perkembangan revitalisasi lebih menyerupai proses brainstorming dan diskusi.