TEMPO.CO , Jakarta: Lahan yang terletak persis di pinggir Sungai Ciliwung di kawasan Condet, Jakarta Timur, itu tampak lebih hijau dibanding area di sisi kiri-kanannya. Di tanah seluas 7.000 meter persegi tersebut, pohon salak, duku, mangga, dan aneka tanaman buah lainnya serta berumpun-rumpun bambu tumbuh lebat. Terpaan angin dan kerimbunan pohon membuat panasnya Jakarta tak begitu terasa di tempat ini.
Komunitas Ciliwung-Condet-lah yang membuat lahan hijau ini. Ketua komunitas itu, Abdul Kodir, sengaja membuat 'hutan kecil' ini agar ekosistem di sekitar Ciliwung tetap terjaga. Ia memanfaatkan tanah keluarga yang berada di bantaran sungai untuk menyerap air dan menjaga agar Ciliwung tak semakin dangkal.
Pada lahan yang terletak di Jalan Munggang, Condet Bale Kembang Nomor 6, RT 10 RW 04 Kramat Jati, Jakarta Timur ini, Kodir juga membangun markas komunitas. Sebuah pendapa kecil dan bangunan seperti rumah semi terbuka, lengkap dengan dapur dan kamar mandi, ia dirikan sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi.
Kodir tak hapal kapan tepatnya kelompok itu terbentuk. Namun, seingat dia, acara kumpul-kumpul bermula tak lama setelah Jakarta didera banjir besar pada 1997. Saat itu, orang-orang yang bermukim di pinggir kali merasakan betul dampak genangan air kala itu. Berharap banjir tak terulang, Kodir dan kawan-kawannya mulai mendiskusikan pelestarian tanaman di pinggir kali. Dari obrolan itu, terbentuklah Wahana Komunitas Lingkungan Hidup.
Untuk mempersempit lingkup, Kodir membuat komunitas Ciliwung Condet antara 2004 dan 2006. Ia tak pernah mencatat tanggal pasti berdirinya komunitas ini, sama halnya dengan nama dan jumlah orang yang bergabung di komunitasnya. Buat Kodir, orang yang bergabung dengan komunitasnya bebas keluar dan masuk sesuka hati. Sebab, ia tahu betul komunitas ini tak memberikan pemasukan kepada mereka. "Kami tak bisa memberikan apa-apa," katanya pekan lalu.
Yang ia tahu, hampir setiap hari ada saja orang yang mampir ke pendapanya. Mereka saling berdiskusi soal Kali Ciliwung atau hanya sekadar ngopi-ngopi. "Kadang ada yang tidur di sini," ujar Kodir.
Komunitas tersebut awalnya hanya fokus menjaga wilayah Condet sebagai daerah konservasi buah-buahan sesuai dengan keputusan Gubernur Ali Sadikin pada 1975 dan surat keputusan gubernur pada 1989, yang menetapkan salak Condet dan burung elang bondol sebagai maskot DKI Jakarta.
Aktivitas mereka kemudian semakin meluas. Kini, mereka tak hanya mengurusi salak, tapi juga memberikan informasi seputar ekosistem kali kepada masyarakat yang berkunjung ke markas komunitas. Mereka membuat Sekolah Alam Ciliwung, yang menjadi tempat belajar bagi anak-anak.
“Kalau ada anak-anak dari sekolah yang datang ke sini, kami beri tahu mereka bahayanya membuang sampah sembarangan. Kami langsung mempraktekkan bersama mereka, dari memungut sampah hingga membakarnya,” kata Syahril Sidiq, desainer grafis yang bergabung dengan komunitas tersebut empat tahun lalu.
Setiap Sabtu dan Ahad, komunitas ini juga menyusuri Sungai Ciliwung. Mereka mendata ekosistem dan peninggalan yang ada di sekitarnya. Dari susur kali ini, mereka mendapat banyak temuan. Misalnya, keberadaan Vila Nova, yang merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda di Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Vila yang didirikan pada 1700-an itu kini terbengkalai. “Padahal vila ini bisa dijadikan museum,” kata Kodir. Komunitas Ciliwung Condet sedang berupaya agar pemerintah DKI Jakarta mau merevitalisasi vila ini.
NUR ALFIYAH
Berita terkait
Bendung Katulampa Siaga 3 Imbas Puncak Diguyur Hujan Sejak Siang, Warga Jakarta Perlu Waspada
31 Januari 2024
"Kami berharap warga Jakarta waspada jika hujan merata terjadi terus menerus di wilayah Bogor."
Baca SelengkapnyaTiga Lembaga Berkolaborasi Mengaudit Sampah Ciliwung
11 Desember 2023
Dari audit ini akan dilihat jenis sampah apa yang mendominasi badan sungai, sampah jenis kemasan industri ritel apa, dan siapa perusahaan industri yang dominan mencemari Ciliwung.
Baca SelengkapnyaTitik Banjir Jakarta Siang Ini Bertambah jadi 69 RT
30 November 2023
Sebanyak 69 RT tergenang banjir akibat hujan dan luapan Sungai Ciliwung.
Baca SelengkapnyaSungai Ciliwung Meluap, Kebon Pala Terendam Banjir hingga 1,25 Meter
30 November 2023
Air luapan Sungai CIliwung mulai membanjiri permukiman warga Kebon Pala sekitar pukul 5.00 WIB dengan ketinggian 30 cm hingga 1,25 meter
Baca SelengkapnyaAda Apa dengan Sodetan Kali Ciliwung? Ini Profil Sungai Ciliwung dari Masa ke Masa
2 Agustus 2023
Sodetan kali Ciliwung diresmikan, kata Jokowi setelah 11 tahun mangkrak. Eks Gubernur Anies Baswedan mengoreksi pernyataan itu. Profil Sungai Ciliwung
Baca SelengkapnyaRelawan Bersih-bersih di Sepanjang Sungai Ciliwung, Kumpulkan 640 Kilogram Sampah
11 Juni 2023
Para relawan menggelar aksi bersih-bersih di sepanjang aliran Sungai Ciliwung. Mereka mengumpulkan total 640 kilogram sampah.
Baca SelengkapnyaLegislator Minta Heru Budi Fokus Juga ke Relokasi Warga Bantaran Kali Ciliwung
11 Mei 2023
Anggota DPRD DKI Nurhasan meminta Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono tak hanya fokus ke pembebasan lahan di Kali CIliwung
Baca SelengkapnyaTurap TPU Kalimulya 2 Depok Ambrol Sepanjang 20 Meter, 10 Makam Terkena Dampak
2 Mei 2023
Turap sepanjang 20 meter di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kalimulya, di Jalan Kalimulya Kp. Kebon Duren, Cilodong, Depok ambrol saat hujan deras.
Baca SelengkapnyaJokowi Instruksikan Normalisasi Kali Ciliwung Rampung Akhir 2024, PUPR: Tergantung Pemprov DKI
22 Februari 2023
Jokowi menginstruksikan BPN serta Pemprov DKI Jakarta untuk menggenjot pembebasan lahan terkait normalisasi Kali Ciliwung. Respons PUPR?
Baca SelengkapnyaKementerian PUPR: Normalisasi Ciliwung Bergantung Pembebasan Lahan oleh Pemprov DKI
21 Februari 2023
Kementerian PUPR menyatakan proses pembangunan normalisasi Ciliwung amat bergantung dengan pembebasan lahan oleh pemprov DKI.
Baca Selengkapnya