Sejumlah penumpang berada di Stasiun Kereta Api Bandara Internasional Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, Sumut (27/3). ANTARA/Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO, Tangerang- Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi menampik jika masalah jaringan utilitas Bandara Soekarno-Hatta luput dari analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) proyek pembangunan kereta bandara. "Semuanya masuk dalam analisis, rusaknya jaringan pipa air karena faktor usia pipa yang sudah 30 tahun," katanya akhir pekan lalu.
Menurut Budi, jaringan pipa air yang rusak karena pergeseran ekskavator dalam pemasangan tiang pancang proyek pembangunan stasiun kereta bandara. "Retaknya pipa justru terjadi ketika proyek sedang tidak berjalan, ini terjadi karena dampak pergeseran saja," katanya.
Budi mengakui jika pipa air bandara sudah berusia uzur. Jaringan pipa ditanam sejak Bandara Soekarno-Hatta berdiri tahun 1985. Menurut dia, perbaikan dan penataan jaringan utilitas sedang dilakukan dan membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura II Eko Diantoro mengatakan saat ini sedang dilakukan proses pemindahan jaringan utilitas bandara. "Proses relokasi membutuhkan waktu juga," katanya. Menurut Eko, sepanjang jalan bandara dari pintu M1 hingga bundaran kargo tertanam jaringan utama utilitas bandara. "Jaringan utilitas ini seperti titik nadinya bandara," katanya. Dalam galian tanah tersebut, kata dia, terdapat jaringan air, listrik, telepon, dan kabel optik.
Jebolnya pipa saluran air induk bandara pada Februari lalu, membuat pengelola bandara Soekarno-Hatta menghentikan proyek pembangunan stasiun kereta bandara. Proyek ditunda dan akan kembali dilanjutkan Oktober mendatang menunggu proses relokasi jaringan utilitas tersebut.
Pembangunan stasiun kereta api di dalam area Bandara Soekarno-Hatta telah dimulai November 2014 dengan pemasangan ratusan tiang pancang. Stasiun kereta api ini akan berdiri di lahan seluas 7.200 meter persegi dan diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 193 miliar yang dikerjakan oleh perusahaan BUMN PT Adhi Karya (Persero), yang juga mengerjakan proyek Terminal 3 Ultimate. Awalnya, seluruh bangunan stasiun akan rampung paling lambat bulan Desember 2015. Dengan adanya penghentian proyek ini dipastikan jadwal rampung proyek mundur.