TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebanyak 23 orang yang terhimpun dalam Lingkar Studi Aksi Untuk Demokrasi Indonesia melakukan happening art di depan kantor Kedutaan Besar AS, Rabu (19/3), menolak perang di Irak. Aksi dilakukan di tepi jalur cepat Jalan Medan Merdeka Selatan, tepatnya di dekat beton pembatas jalan sehingga arus lalu lintas menjadi macet. Happening art dilakukan dengan cara sebelas orang diantara mereka berlaku seperti mayat pocong, berbaring berjajar di aspal. Masing-masing membawa tulisan di dadanya, di antaranya berbunyi, Dont Bomb Iraq, No War For Oil. Sementara itu, tiga orang berdiri di atas beton pembatas jalan membawa spanduk hitam bertuliskan Satu Hari Menjelang Kiamat. Sedang yang lainnya melakukan orasi, memegang bendera, dan ada yang berpantomim dengan sekujur tubuh yang diwarnai cat merah. Mereka menyampaikan lima butir pernyataan sikap berkaitan dengan rencana serangan AS dan sekutunya ke negeri pimpinan Saddam Hussein itu. Selain mengutuk serangan, mereka juga menolak segala bentuk isu yang digulirkan negara-negara kapitalis dengan maksud menguasai negara dunia ketiga. Dalam butir lainnya mereka menyatakan dukungannya terhadap semua penolakan yang sudah dilakukan di negara-negara lain terhadap serangan itu. Mereka juga mendesak PBB membawa AS dan sekutunya ke Mahkamah Internasional. Kepada pemerintah Indonesia sendiri, mereka mendesak agar dilakukan langkah nyata di bidang ekonomi dan politik menyangkut hubungan RI dan AS untuk menekan pemerintah Bush menggagalkan serangan. Aksi yang dimulai sekitar pukul 15.00 WIB itu masih berlangsung hingga berita ini dibuat. Penjagaan oleh petugas polisi, tidak terlalu ketat. Selain itu, terlihat pula petugas keamanan VIP kedutaan AS. (Zacharias Wuragil-Tempo News Room)