Resep Rumah Tangga Bahagia tanpa Cerai, Perhatikan 3 Hal Ini
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Kamis, 27 Agustus 2015 05:00 WIB
TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Kota Tangerang Selatan Abdul Rojak mengungkapkan tingginya angka perceraian di kota tersebut. Menurut dia, ada tiga faktor penyebab tingginya angka perceraian: pendidikan, ekonomi, dan psikologi.
"Saya sangat prihatin melihat angka perceraian di Kota Tangerang Selatan yang begitu tinggi. Hal tersebut karena kurangnya keimanan dalam diri. Kalau iman kita kuat, perceraian bisa dihindari," kata Abdul Rojak, Kamis, 26 Agustus 2015.
Untuk itu, ucap Rojak, pernikahan membutuhkan fondasi agama yang kuat. "Agar bahtera rumah tangga terhindar dari embusan, bahkan terjangan ombak besar sekalipun."
Menurut dia, pendidikan yang kurang, ekonomi yang minim, dan psikologis yang labil dapat membuat hubungan rumah tangga tidak harmonis. "Faktor ini harus seimbang, sehingga ikatan pernikahan bisa langgeng," ucapnya.
Dalam hal ekonomi, misalnya, kebutuhan rumah tangga harus tercukupi. Ekonomi dalam rumah tangga yang tidak stabil akan memunculkan selisih paham antara suami dan istri. "Harus bisa mengatur ekonomi dalam rumah tangga, dan keadaan ekonomi harus stabil," tuturnya.
Soal faktor kurangnya pendidikan, Abdul mencontohkan sikap kurang menghargai yang memicu terjadinya pertengkaran serta tidak mengetahui hak dan kewajiban suami-istri.
Abdul Rojak menjelaskan, pasangan suami-istri diharuskan memiliki mental psikologis yang kuat. "Kalau sudah berumah tangga, harus siap segalanya, siap rohani dan jasmani. Apabila kondisi labil dan mudah goyah, bahtera rumah tangga juga akan goyah," katanya.
Dia mengaku melakukan pembinaan dini, bimbingan, dan sosialisasi kepada warga Tangerang Selatan dengan usia produktif, yakni 20-25 tahun, agar mereka tidak melakukan perceraian. "Agar masyarakat yang ingin menikah pada usia produktif tahu bagaimana menjalani hidup berumah tangga," ucapnya.
MUHAMMAD KURNIANTO