Sejumlah anak bermain diantara puing bangunan pemukiman warga yang dibongkar di bantaran Sungai Ciliwung, kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur, 24 Agustus 2015. M IQBAL ICHSAN/ TEMPO
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengeluhkan warga Kampung Pulo yang meminta uang kerahiman. Ahok berkeras apa yang diberikannya lebih baik dari sekadar uang pengganti.
"Kalau saya bisa kasih mentahnya, saya lebih suka," kata Ahok saat ditemui di Balai Kota, Kamis, 27 Agustus 2015.
Ahok menjelaskan bahwa rumah susun yang ia bangun untuk menampung warga Kampung Pulo menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta per unit di luar tanah. Belum lagi waktu satu setengah tahun yang dibutuhkan untuk membangunnya. "Kalau Anda minta Rp 50 juta, gua kasih sekarang, langsung gua usir."
Namun Ahok menegaskan bahwa uang tidak akan membuat masalah banjir selesai. Ia khawatir warga Kampung Pulo akan kembali menempati bantaran kali.
Ahok merasa rusun yang ia berikan sudah cukup. Warga hanya membayar uang pemeliharaan Rp 10 ribu per hari dan tidak dipungut sewa. "Saya subsidi sampai tujuh turunan, sepuluh turunan. Di kontrak ada disebutin, selama Anda masih tinggal dan bayar uang perawatan," ujar Ahok.
Warga Kampung Pulo pekan lalu direlokasi oleh Pemprov DKI Jakarta ke Rusun Jatinegara. Relokasi ini bertujuan untuk normalisasi Kali Ciliwung yang menyempit karena hunian di bantaran kali. Sebagian warga menolak rumah mereka dibongkar dan meminta uang kerahiman.