Massa yang mengatasnamakan Komite Tangkap dan Penjarakan Ahok melakukan aksi unjukrasa di depan Gedung KPK, Jakarta, 8 Januari 2016. Mereka meminta KPK untuk segera mengusut laporan hasil audit BPK terkait penyalahgunaan pembelian lahan RS Sumber Waras seluas 3,6 hektar. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Centre of Strategic and International Studies Philips J. Vermonte menganjurkan siapa pun yang ingin menantang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam pemilihan Gubernur Jakarta tahun depan segera mendeklarasikan diri. “Semakin cepat, deklarasi semakin bagus. Mumpung masih ada setahun,” katanya dalam paparan hasil sigi bertajuk "Calon Independen vis a vis Calon Partai" di Jakarta, Senin, 24 Januari 2016.
Soalnya, kata Philip, popularitas Ahok kian berkibar. Dalam sigi CSIS, ia dipilih 94 responden dan menempati top of mind nama paling layak menjadi Gubernur Jakarta. Elektabilitasnya juga tinggi, yakni sebesar 45 persen.
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta akan digelar 2017. Pendaftaran untuk calon dari jalur independen dimulai pada Juni, sedangkan pendaftaran calon dari partai dibuka pada Agustus 2016.
Hingga kini, hanya Basuki dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault, yang sudah mendeklarasikan diri. Nama lain yang beredar adalah Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, politikus Golkar Tantowi Yahya, dan pengusaha Sandiaga Uno.
Jika deklarasi terlalu mepet ke jadwal pemilihan, Philips khawatir lawan Ahok tak akan bisa bersaing. "Jadi segera deklarasi supaya publik mengevaluasi. Kalau terlambat, kandidat akan pakai cara mobilisasi suara. Padahal publik sudah makin rasional," kata Philips.
Menurut Philips, bakal calon yang tak punya dukungan suara besar biasanya menggunakan mahar untuk menyuap masyarakat. Apalagi CSIS menyatakan tingkat kepercayaan publik terhadap partai terus menurun.
Peneliti CSIS Arya Fernandes mengatakan calon penantang yang selevel dengan Ahok hanya Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Berdasarkan pertanyaan terbuka terhadap tingkat kesukaan warga Jakarta, masyarakat memilih Tri Rismaharini sebagai Gubernur Jakarta.
"Mereka memilih Risma karena terbukti punya transparansi yang bagus, inovasi pemerintahan, dan dekat dengan masyarakat," kata Arya. Meski demikian, Arya sangsi Risma akan maju dalam pemilihan Jakarta karena tiga bulan lagi dia akan dilantik kembali menjadi Wali Kota Surabaya.