Hujan Es di Jakarta, Ada Benturan Angin Laut dengan Angin Gunung  

Reporter

Kamis, 30 Maret 2017 12:28 WIB

Hujan es di kawasan Jakarta Timur, 28 Maret 2017. Butiran es berjatuhan saat hujan deras disertai petir yang mengguyur wilayah Jakarta sore ini. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Habibi masih teringat hujan es yang terjadi pada Selasa sore, 28 Maret 2017, di rumahnya di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. “Suara hujan di genteng kencang, ternyata ada kerikil esnya,” katanya.

Tidak hanya di Pasar Minggu, hujan es juga dirasakan warga di sebagian wilayah Jakarta Timur. Hujan es itu disertai petir.

Apa dan bagaimana terjadinya hujan es di Jakarta? Pertama, fenomena alam ini biasa terjadi pada peralihan musim atau pancaroba. Sebelum hujan, udara terasa panas pada malam hingga pagi hari serta cuaca panas terik saat siang.

Baca juga: Misteri Hujan Hitam Terpecahkan, Ternyata Ini Penyebabnya

Perbedaan suhu antara pukul 07.00 dan 10.00 bisa mencapai lebih dari 4,5 derajat Celsius dan kelembapan 60 persen.

“Hujannya akan deras dan tiba-tiba,” kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko.

Kedua, hujan es terjadi di wilayah kota pesisir yang dekat dengan pegunungan.

Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Dr Edvin Aldrian mengatakan hujan es dipengaruhi oleh pergerakan angin. Selama masa peralihan, angin tidak berembus ke satu arah dominan.

Sering terjadi perpaduan atau benturan angin antar-lapisan. "Salah satu penyebab terjadinya aliran kencang vertikal ke atas di dalam awan adalah benturan angin laut dengan aliran angin gunung," kata Edvin, seperti dilansir dalam keterangan tertulisnya.

Angin laut membuat daratan pesisir panas, sedangkan angin gunung yang menuju pesisir biasanya dingin. Hujan es di Jakarta disebabkan oleh benturan angin tersebut.

Jakarta merupakan wilayah pesisir. Sedangkan di selatan Jakarta terdapat tiga gunung, yaitu Gunung Gede, Gunung Salak, dan Gunung Pangrango. Geografi ini juga sama dengan Surabaya, yang berada di wilayah pesisir dan pegunungan.

Pada siang hari yang terik, angin laut akan berembus ke arah daratan. Dampaknya, suhu di daratan lebih panas dibandingkan dengan di lautan.

Edvin mengatakan Jakarta dan Surabaya sering menerima angin laut dari arah utara yang tegak lurus dengan garis pesisir pantai. Angin tersebut biasanya sangat basah dan lembap karena membawa uap dari laut.

Uap air tersebut dibawa aliran udara vertikal dari permukaan ke pusat pertumbuhan awan sehingga terjadi pembentukan awan. Aliran disebut juga dengan aliran naik (up draft) yang terjadi di pusat awan.

"Sering kali, aliran vertikal ke atas ini sedemikian kuat hingga menembus lapisan udara bersuhu negatif atau freezing level," kata Edvin. Awan yang dapat menembus freezing level adalah awan Cumulonimbus. Awan tersebut berbentuk seperti bunga kol berwarna kelabu.

Uap yang masuk ke freezing level menyublim. Uap air yang berfase gas akan terkondensasi menjadi fase padat, yaitu es. Butiran es dapat terbawa oleh aliran angin vertikal ke bawah di awan. Aliran dikenal dengan istilah down draft, yang biasanya terjadi di pinggir awan.

Butiran es yang turun itu dapat mencapai permukaan dalam bentuk es, terutama jika suhu permukaan lembap dan dingin. Permukaan lembap disebabkan oleh adanya aliran dari arah laut yang membawa uap air.

Sementara permukaan dingin karena proses penguapan, yaitu perubahan air menjadi gas, yang akan mendinginkan sekitarnya.

Simak juga: Heboh Fenomena Equinox, Ini Imbauan BMKG

Edvin mengatakan salah satu penyebab terjadinya aliran kencang vertikal ke atas di dalam awan adalah benturan angin laut dengan aliran angin gunung. Angin laut membuat daratan pesisir panas, sedangkan angin gunung yang menuju pesisir biasanya dingin.

Fenomena hujan es atau hail, menurut Edvin, umum terjadi di lintang tinggi, juga karena lapisan freezing level rendah. Pada kasus hujan es di Surabaya beberapa waktu lalu, lapisan freezing level rendah karena ada tarikan massa udara dari utara Surabaya akibat siklon tropis di selatan Jawa.

VINDRY FLORENTIN | INGE KLARA SAFITRI

Berita terkait

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

5 jam lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

7 jam lalu

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas

Baca Selengkapnya

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

8 jam lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.

Baca Selengkapnya

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

14 jam lalu

Peringatan Dini BMKG: Sejumlah Provinsi Berpotensi Hujan Lebat Disertai Petir

Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.

Baca Selengkapnya

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

22 jam lalu

Di Daratan Asia Gelombang Panas, BMKG: Indonesia Suhu Panas Biasa

Suhu panas muncul belakangan ini di Indonesia, setelah sejumlah besar wilayah daratan benua Asia dilanda gelombang panas (heat wave) ekstrem.

Baca Selengkapnya

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

1 hari lalu

BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Laut Jawa dan Samudra Hindia

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah Indonesia dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.

Baca Selengkapnya

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

1 hari lalu

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan 52,1 persen wilayah berkategori hujan rendah.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

1 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

2 hari lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

2 hari lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya