Jakarta Macet, Perusahaan Merugi

Reporter

Kamis, 10 Agustus 2017 23:00 WIB

Ratusan kendaraan terjebak kemacetan lalu lintas di jalan tol dalam kota akibat proyek pembangunan kereta api ringan atau light rail transit (LRT) tahap pekerjaan bentang panjang atau longspan, di ruas jalan Cawang - M.T. Haryono, Jakarta, 22 Mei 2017. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia mencatat kerugian sejumlah perusahaan akibat kemacetan di DKI Jakarta. Berdasarkan survei Bank Indonesia pada 8-21 April 2016 terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur dan logistik di Pulau Jawa dampak buruk yang ditanggung beberapa perusahaan itu antara lain meningkatnya biaya transportasi, tenaga kerja, hingga turunnya produktivitas dan keuntungan korporasi.

“Kemacetan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jakarta,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Doni Primanto Joewono, ketika dihubungi Tempo, Rabu, 9 Agustus 2017.

Baca:
Lebaran Betawi, Jalan di Kawasan Setu Babakan Macet
Tiga Proyek Dibangun Bersamaan, Tol Cikampek Macet

Menurut Doni, Pemerintah DKI Jakarta ingin mengerem penambahan jumlah kendaraan baru dengan menaikkan tarif bea balik nama kendaraan bermotor dari 10 persen menjadi 20 persen. Pertimbangan rencana kenaikan itu lantaran kondisi Ibu Kota yang semakin macet. Kenaikan itu juga diharapkan bisa mengurangi minat warga Jakarta untuk membeli kendaraan bermotor baru dan beralih menggunakan kendaraan umum.


Doni mengungkapkan jika pemerintah Jakarta bisa mengatasi kemacetan dengan menyediakan transportasi massal, produk daerah regional bruto (PDRB) atau pertumbuhan ekonomi dan produktivitas tenaga kerja DKI masing-masing meningkat sekitar 0,16 persen dan 0,03 persen. “Kemacetan menyebabkan waktu tempuh perjalanan meningkat dan itu berdampak pada turunnya produktivitas tenaga kerja.”


Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat perekonomian Ibu Kota pada triwulan II 2017 sebesar 5,96 persen. Pertumbuhan ekonomi itu turun 0,08 persen jika dibandingkan dengan triwulan II 2016.


Baca juga:
Tunjangan Komunikasi Anggota DPRD DKI Bakal Naik Jadi Rp 30 Juta
Raperda Belum Dibahas, Sekda DKI: Anggota DPRD Hanya Kongkow

Menurut Doni, kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,16 persen untuk DKI Jakarta itu cukup signifikan. Sebab, pertumbuhan ekonomi Ibu Kota masih sekitar 5-6 persen.

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta sebagian masih mengandalkan industri pengolahan. Padahal, industri pengolahan sangat terimbas efek negatif kemacetan.

Untuk mengatasi terhambatnya laju pertumbuhan ekonomi karena kemacetan, Doni menyarankan pemerintah DKI mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru seperti industri kreatif dan pariwisata. Menurut dia, dua industri itu tidak terlalu terpengaruh kemacetan.

Simak:Acho dan Pengelola Green Pramuka Sepakat Berdamai

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita mengakui kemacetan di Jakarta mengakibatkan proses pengiriman barang menjadi terhambat. “Jumlah perjalanan menjadi berkurang karena kemacetan,” keluhnya. Namun, dia belum bisa merinci jumlah kerugian itu.

Kepala Biro Perekonomian DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan penyebab kemacetan di Jakarta ialah banyaknya proyek infrastruktur dan pembangunan sarana transportasi massal. Dia memperkirakan jika pelbagai proyek itu rampung pertumbuhan ekonomi DKI akan naik.


GANGSAR PARIKESIT

Advertising
Advertising

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

7 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya