Gerombolan Monyet Meresahkan Penduduk Cisoka  

Reporter

Rabu, 30 Agustus 2017 09:18 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, Jakarta - Penduduk beberapa kampung di Kecamatan Cisoka dan Solear, Kabupaten Tangerang, resah lantaran ulah gerombolan monyet. Gerombolan monyet ini tidak hanya merusak ladang warga, tapi juga masuk ke rumah penduduk. "Jumlahnya banyak, lebih dari 50 ekor," kata Supyani, Ketua RT 22 Kampung Solear, Desa Carenang, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, kepada Tempo, Rabu, 30 Agustus 2017.

Menurut Supyani, monyet berbulu abu-abu dan memiliki ekor panjang ini sudah enam bulan lebih masuk ke perkampungan warga. Awalnya, kata dia, monyet-monyet tersebut hanya menjarah ladang, seperti pisang, singkong, buah-buahan, dan sayur-sayuran. "Sekarang malah masuk ke warung dan dapur untuk mengambil makanan," katanya.

Baca: Kawanan Kera Masuk ke Dapur Rumah Warga Lereng...

Awalnya, kata Supyani, warga tidak begitu terganggu. Namun, semakin hari, primata itu semakin aktif mencari makan di perkampungan. "Bukan hanya kampung kami yang didatangi, kampung lain juga." Menurut Supyani, monyet yang diduga berasal dari hutan kecil yang berjarak lima kilometer dari perkampungan ini juga kerap mendatangi Kampung Kamarang dan Nyompok.

Hingga saat ini belum ada tindakan apa pun dari pemerintah daerah setempat. Warga, kata Supyani, bingung. Mereka tak harus ke mana melaporkan masalah ini.

Di Kecamatan Solear, tak jauh dari rumah penduduk, memang terdapat populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Mereka tinggal di hutan kecil yang dijadikan obyek wisata makam Kramat Solear. Di lokasi itu terdapat ratusan ekor monyet berekor panjang.

Baca juga:
Bogor Diguyur Hujan, Air Bendung Katulampa Naik 80 Sentimeter
Bendungan Katulampa Kosong, Tak Ada Air untuk Jakarta

Namun Supyani yakin monyet yang mendatangi perkampungan warga bukan berasal dari populasi makam keramat itu. "Dari tempat yang berbeda, jumlahnya banyak dan berkembang biak dengan cepat."

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang mengaku belum mengetahui masalah serbuan monyet ini. "Belum tahu, selama ini tidak ada laporan," ujar Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Mawardi Nasution.

Simak:
Terbit Secepat Kilat, KPK Curiga Keluarnya HGB Pulau ...
HGB Pulau D Terbit Secepat Kilat, Pakar: Itu di Luar...

Mawardi berjanji segera menurunkan tim untuk menyelidiki dan melihat langsung perilaku monyet-monyet itu.

Bukan kali ini saja monyet mendatangi permukiman warga di Kabupaten Tangerang. Pada September 2014, gerombolan monyet juga menyerang warga Desa Taban, Kecamatan Jambe.

JONIANSYAH HARDJONO

Berita terkait

Kera Masuk Kampung, Dinas Pertanian: Mereka Kekurangan Makanan

30 Agustus 2017

Kera Masuk Kampung, Dinas Pertanian: Mereka Kekurangan Makanan

Tim dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan masih meneliti perubahan perilaku puluhan kera ini sejak enam bulan terakhir.



Baca Selengkapnya

Tangerang Tandai Hewan Kurban Sehat, Ini Ciri-cirinya  

26 Agustus 2017

Tangerang Tandai Hewan Kurban Sehat, Ini Ciri-cirinya  

Sekretaris Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Mawardi Nasution mengatakan hewan yang sehat diberi label.

Baca Selengkapnya

Nilai Transaksi Hewan Kurban Depok Capai Rp252,7 Miliar

11 September 2016

Nilai Transaksi Hewan Kurban Depok Capai Rp252,7 Miliar

Adanya peningkatan suplai dan permintaan hewan kurban menunjukan laju pertumbuhan ekonomi warga Depok, meningkat.

Baca Selengkapnya

Air Seret, Ribuan Hektare Sawah Terancam Gagal Tanam

18 Mei 2016

Air Seret, Ribuan Hektare Sawah Terancam Gagal Tanam

Aliran air irigasi bendung Leuwinangka sudah tak berfungsi.

Baca Selengkapnya

Kelangkaan Pupuk dan El Nino Ancam Produksi Padi  

14 Mei 2014

Kelangkaan Pupuk dan El Nino Ancam Produksi Padi  

Dinas Pertanian Jabar mengantisipasi kemungkinan El Nino dengan menyarankan petani menanam padi dengan varietas genjah yang cepat panen.

Baca Selengkapnya

Sebagian Besar Usaha Sarang Walet di Tangerang Tak Berizin

2 Februari 2005

Sebagian Besar Usaha Sarang Walet di Tangerang Tak Berizin

Padahal usaha sarang walet selama ini bisa menghasilkan keuntungan milyaran rupiah. Ironisnya, retribusi dari usaha ini yang masuk ke kas daerah hanya 40 juta pertahun.

Baca Selengkapnya