TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah video berdurasi 2 menit 20 detik berisi upaya mengganggu ibu-ibu yang mengikuti kebaktian Pulogebang di rumah susun sewa Pulogebang, Jakarta Timur, menjadi viral di media sosial.
Video tersebut menayangkan seorang laki-laki, yang kemudian diketahui bernama Nasoem Sulaiman, membawa kapak dan gergaji sambil berteriak-teriak, sehingga meresahkan jemaat ibadah kebaktian. “Di sini yang namanya rusun tidak ada yang dipakai buat kebaktian,” teriak lelaki berkaus hitam dan memakai topi pet hitam kepada para wanita dan anak-anak di depannya.
Dia mengatakan mereka yang berkumpul dalam kebaktian ini bukan berasal dari lokasi rusun tapi merupakan karyawan dari kawasan Pulomas. Seorang ibu terdengar menolak ucapan si pria itu. “Kok karyawan? Kita dari lokasi,” kata dia.
Sambil mengacung-acungkan gergaji, pria ini memaki-maki mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Para jemaat kebaktian yang membawa anak-anak mereka berusaha menenangkan laki-laki yang mengganggu itu. Anak-anak ini terdengar menangis. “Pak, kasihan ini, banyak anak-anak,” kata seorang wanita dalam video ini.
Namun, laki-laki itu terus berteriak dan memaki-maki. “Saya memang bukan terpelajar,” kata laki-laki itu. Dia pun mengatakan dia adalah “koordinator” di wilayah tersebut. Dia menghardik dan menyuruh para ibu di depannya untuk memanggil ketua RT.
Beberapa laki-laki terlihat datang. Mereka tampak diam dan membiarkan si lelaki berkaus hitam itu terus meneriaki para wanita di depannya.
Pengurus RT, RW, dan pengelola rusunawa Pulogebang turun tangan, sehingga terjadi perdamaian dan Nasoem berjanji tidak menganggu lagi. Namun, aktivis isu keragaman, Guntur Romli, meminta polisi harus tetap menangkap Nasoem dan melanjutkan kasus ini secara hukum, meski dia sudah meminta maaf secara tertulis karena membuat rusuh kebaktian Pulogebang. “Dia harus ditangkap,” kata Guntur kepada Tempo.
MUHAMMAD NAFI’