TEMPO.CO, Depok - Lorong-lorong jalan yang menghubungkan kios di Pasar Depok Jaya senggang. Sepinya pengunjung pasar tradisional di Jalan Nusantara Raya, Kota Depok, tersebut terjadi sejak pemberlakuan Jalan sistem satu arah sekitar dua bulan lalu.
Pengunjung Pasar Depok Jaya, Revi Daniel, mengatakan kebijakan pemerintah kota itu menyebabkan warga yang ingin berbelanja kebutuhan pokok kerepotan. Bayangkan, dari daerah Grand Depok City mau berbelanja ke Jalan Dewi Sartika dan Nusantara Raya harus memutar dulu via Jalan Arif Rahman Hakim. "Gara-gara pusat perbelanjaan Transmart dibuka, jadi kepentingan warga dikorbanin," katanya pada Jumat, 29 September 2017, di Pasar Depok Jaya.
Pengunjung lain, Lina, menuturkan, sebelum pemberlakuan sistem satu arah, hanya perlu 10 menit dari rumahnya di Perumahan Maharaja, Sawangan, ke Pasar Depok Jaya. "Sekarang butuh waktu sampai 30 menit pakai sepeda motor. Kalau pakai mobil, lebih lama lagi," ujarnya.
Adapun pedagang Pasar Depok Jaya, Donna, mengatakan, sejak Pemerintah Kota Depok memberlakukan sistem satu arah, omzet pedagang anjlok sampai 50 persen. Penurunan omzet itu dialami pedagang yang berada di Jalan Nusantara dan Dewi Sartika. "Kalau pedagang di dalam pasar malah lebih dari 50 persen penurunannya."
Romo Sumarkinaryo, rekan Donna, menuturkan sebelumnya dia menerima uang Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta. Tapi sekarang hanya Rp 500 ribu. Itu pun pada akhir pekan. "Pemkot mengalakkan kebijakan Mari Belanja di Pasar Depok Jaya, tapi regulasinya tidak mendukung," ucapnya.
Jika kondisi akibat jalan sistem satu arah terus berlanjut, perlahan penjual akan menutup kios. Mereka akan keberatan berdagang karena setiap tahun pedagang harus membayar uang sewa kios sekitar Rp 5 juta.
IRSYAN HASYIM