TEMPO.CO, Jakarta - Arsitek RPTRA-RTH Kalijodo Yori Antar mengatakan sudah 30 tahun dia dan seniman Teguh Ostenrik mencari tempat yang tepat untuk meletakkan empat segmen pecahan tembok Berlin di Jakarta. “Sudah lama sekali, hampir 30 tahun baru kita temukan tempat yang cocok ternyata di Kalijodo, “ ujar Yori Antar saat dihubungi Tempo pada Ahad malam, 1 Oktober 2017.
Pada awalnya Teguh Ostenrik mengusulkan empat pecahan tembok Berlin bersama dengan patung menembus batas diletakkan di Lapangan Banteng. “Tapi saya bilang, di sana kan areal sakral khusus monumen-monumen nasional dan kawasan cagar budaya, nggak boleh ada monumen lain” ujar dia.
Hingga akhirnya dia melihat ada Kawasan RPTRA Kalijodo yang dulunya dicap sebagai lokasi prostitusi kemudian diubah menjadi Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak. Menurut Yori, Kalijodo adalah ruang publik yang sangat penting untuk masyarakat dapat saling berbaur tanpa ada sekat antar sesama warga.
Baca: Djarot: Ahok Senang Ada Tembok Berlin di Kalijodo
Tembok Berlin inilah, jelas dia, yang dianalogikan sebagai sekat itu. “Jadi di Kalijodo itu kan orang yang dari pakaiannya 2 juta sampai bajunya minjem, bermain tanpa ada sekat,” ujar dia.
Tembok Berlin runtuh pada 9 November 1989. Tembok itu dibangun Republik Demokratik Jerman untuk memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya.
Keruntuhan Tembok Berlin sempat menjadi perhatian masyarakat dunia. Tembok itu menjadi saksi usaha warga Berlin Timur untuk menyeberang ke barat dengan mempertaruhkan nyawanya.
Yori menjelaskan, setelah perjalanan 30 tahun dia menilai RPTRA Kalijodo merupakan tempat yang paling tepat untuk meletakkan Tembok Berlin di Jakarta bersama dengan makna yang terkandung di dalamnya ditambah dengan adanya patung menembus batas. “Dua tema karya seni ini sudah sangat cocok berada di sana,” ujar dia.
Baca: Begini Desain Tembok Berlin yang akan Dipasang di RPTRA Kalijodo
Menurut Yori, selain sebagai ruang terbuka hijau, ruang hijau, sarana olahraga, RPTRA Kalijodo juga dapat dijadikan sebagai ruang seni untuk publik. “Dalam hal ini kami menghadirkan public art dalam bentuk mural lukisan,” ujar dia.
Yori juga sangat senang karena warga di sekitar RPTRA Kalijodo juga mengapresiasi karya seni tersebut dengan tidak mencorat-coret lukisan mural yang dibuat oleh sahabatnya, Teguh Ostenrik.