TEMPO.CO, Jakarta - Senior Manager Hubungan Masyarakat PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 (PT KAI DAOP 1) Jakarta Suprapto menjelaskan gangguan sinyal sering kali menjadi penyebab anjloknya kereta api.
Terhitung sejak Maret hingga Oktober 2017, telah terjadi tiga kali kejadian kereta anjlok. Pertama, kereta anjlok di jalur relasi Jatinegara-Bekasi pada Rabu, 15 Maret 2017. Kedua, kereta anjlok di jalur sembilan Stasiun Jakarta Kota pada Kamis, 14 September 2017. Ketiga, kereta anjlok di Stasiun Manggarai pada Selasa, 3 Oktober 2017.
“Setiap kasus itu berbeda, tapi sinyal memang beberapa kali mengalami gangguan,” ujarnya saat dihubungi Tempo, pada Kamis, 5 Oktober 2017.
Baca juga: Kereta Anjlok di Stasiun Manggarai, Tim Temukan Penyebabnya
Menurut dia, adanya proyek pengembangan perkeretaapian yang saat ini tengah dikerjakan pengembang di berbagai wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menyebabkan gangguan sinyal itu terjadi. “Misalkan, ketika ada program double double track, ada penggalian di bawah tanah, di situ ada kabel kami. Kalau putus, jadinya gangguan sinyal, kereta bisa anjlok,” katanya.
Sama halnya dengan proses pergantian sistem persinyalan dari SSI ke Kyosan yang sedang dilakukan saat ini, PT KAI menjelaskan dalam prosesnya, semua tanggung jawab hingga pemeliharaan diserahkan ke pihak pembangunan proyek. “Jadi, itu ada masa garansi selama satu tahun, setelah dinyatakan layak dan dijamin keamanannya baru itu di BASTO dan menjadi tanggung jawab kami,” ucapnya.
Baca juga: Kereta Anjlok di Manggarai, Penumpang Berlompatan dari KRL
BASTO yang dimaksud adalah berita acara serah terima operasi kepada pihak pembangunan proyek kepada PT KAI setelah dinyatakan layak dan dijamin keamanannya sesuai dengan masa garansi. Dia menjelaskan, setelah dilakukan BASTO baru tanggung jawab perawatan dan keandalan alat persinyalan berada di pihak PT KAI sepenuhnya.
Sedangkan untuk mengantisipasi rel patah karena cuaca atau masalah teknis lainnya, dia menjelaskan, PT KAI selalu melakukan pengecekan rutin dua kali sehari. setiap pukul 20.00 hingga 22.00 dan pukul 04.00 hingga 06.00. “Itu pengecekan manual, digital juga kita lakukan dengan kereta ukur dan gerbong khusus untuk mendeteksi setiap rel patah. Jadi, kami bisa antisipasi,” tuturnya.
Baca juga: Komuter Anjlok, YLKI Nilai KCJ Tak Punya Strategi Kondisi Darurat
Dia menjelaskan, tidak ingin menyalahkan siapa pun atas terjadinya peristiwa tersebut. Namun untuk mengantisipasi terjadi peristiwa serupa, jelas dia, pihaknya akan terus melakukan evaluasi secara internal maupun eksternal. “Secara internal kami akan terus membenahi diri dan juga melakukan koordinasi yang intens kepada pihak eksternal, yakni satker pengembangan perkeretaapian,” ujarnya.