TEMPO.CO, Jakarta - Istilah pribumi dalam pidato perdana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuai kritik. Para pengeritik menilai istilah itu mengarah kepada sentimen rasial. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman, Anies buru-buru memberi penjelasan.
Menurut Anies, istilah “pribumi” yang muncul dalam pidatonya mengacu pada era kolonial. Di banding kota-kota lain di indonesia, Jakarta menjadi kota yang paling terkena imbas dari penjajahan. "Yang lihat Belanda dari dekat siapa? Jakarta,” kata Anies memberikan penjelasan. “Coba di pelosok-pelosok itu, tahu ada Belanda tetapi lihat depan mata? Eggak. Yang lihat di depan mata itu yang ada di Kota Jakarta."
Baca: Anies Berpidato Singgung Pribumi, Refly Harun: Berbau Kampanye
Anies menegaskan, istilah “pribumi” yang dia maksud konteksnya masa kolonial itu. Jika istilah itu kemudian dianggap rasial, dia menuding ada media online salah menangkap isi pidatonya.
Pidato perdana Anies sebagai gubernur disampaikan di balai kota, Senin malam lalu dihadapan para pendukungnya. Dalam pidato itu ia menyinggung perjuangan kaum pribumi melawan kolonialisme.
Saat itulah Anies Baswedan mengucapkan frasa "pribumi ditindas" yang kemudian oleh warganet dinilai bermuatan sentimen negatif kepada non-pribumi. Alasannya, istilah pribumi atau non-pribumi sudah dilarang digunakan berdasarkan Intruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1998.
Baca juga: Penyebab Pidato Gubernur Anies Soal Pribumi Bikin Geger