TEMPO.CO, Jakarta -Istilah pribumi dalam pidato Anies Baswedan usai dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Senin 16 Oktober 2017 menuai banyak kritik, sebab istilah itu dinilai mengarah kepada sentimen SARA dan bisa memecah belah warga. Di sisi lain, sebagian netizen malah membela Anies dengan menggemakan #SayaPribumi, hingga menjadi trending topic di sosial media Twitter hari ini, Rabu, 18 Oktober 2017.
Menurut sebagia besar netizen, pidato Anies malah dinilai membangkitkan semangat juang pribumi yang menentang kolonialisme dahulu. "Saya siap bela Anies Baswedan yang bangga dengan pribumi karena mampu bangkit dari penjajahan kolonial! ," cuit pemilik akun @Elfizal.
Baca : Buya Syafii Maarif Soal Pidato Anies Baswedan Seorang Pemimpin..
Sementara itu, salah satu postingan juga datang dari Penasehat Tim Advokasi Gerakan Nasional Pengawal Fakta Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) Mahendradatta. "Inpres 26/1998 (Pribumi) tidak mencantumkan sanksi apapun apalagi pidana. Kalau dianalogikan menjadi pidana ujaran kebencian, terlalu mengada-ada," cuit dia di akun twitternya @mahendradatta.
Sebelumnya, sekelompok orang yang menamakan dirinya aktivis Organisasi Banteng Muda Indonesia mendatangi Polda Metro Jaya, Selasa 17 Oktober 2017. Mereka melaporkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menggunakan kata pribumi dalam pidato perdananya sebagai Gubernur di Jakarta.
Simak : Jawaban Anies Baswedan Soal Larangan Pakai Kata Pribumi
Istilah pribumi yang digunakan Anies dinilai tidak sesuai dengan Instruksi Presiden Tahun 26 Tahun 1998 terkait larangan penggunaan kata pribumi. Pernyataan Anies itu juga dianggap mencederai UU No 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
Di lain pihak, Anies Baswedan menegaskan bahwa istilah “pribumi” yang dia maksud konteksnya masa kolonial itu. Jika istilah itu kemudian dianggap rasial, dia menuding ada media online salah menangkap isi pidatonya.
Baca juga: Inilah Penyebab Pidato Gubernur Anies Soal Pribumi Bikin Geger