TEMPO.CO, Tangerang - Lukman Nurdin Hidayat, 37 tahun terlihat menunduk dan menyesal telah membunuh kedua putrinya, Syifa Syakilla (9) dan adiknya Carisa Humaira (3) dalam rekonstruksi pembunuhan istri dan 2 anak pelaku, Kamis 19 Oktober 2017. Lukman membunuh istrinya, Ana Robinah (27) dan kedua anaknya karena kesal uang untuk bayar hutang Rp 29 juta telah habis digunakan oleh istrinya.
Pengacara Lukman, A. Goni, mengatakan dalam rekonstruksi yang tertutup untuk umum itu Lukman tetap tak mau bicara. "Dia bungkam, kepada kami pun belum terbuka. Saat kami tanya lebih jauh hanya diam saja," ujar Goni.
Menurut Goni, kondisi di rumah korban belum berubah seperti saat kejadian. "Banyak darah kering bececeran di dalam rumah. Yang bersangkutan (Lukman) masih bungkam dan terlihat menunduk dan menyesali terutama saat adegan memukul anaknya Syifa dengan kunci besi behel dan menusuk perut dan dada si kecil Carisa," kata Goni usai reka ulang adegan kepada Tempo.
Baca: Pembunuhan Ayah Terhadap Istri dan 2 Anak, Ucapan Ini Jadi Pemicu
Goni mengatakan dalam reka adegan itu kedua tangan Lukman tidak diborgol. Dia mengatakan Lukman belum terbuka soal uang arisan, utang kepada siapa dan pekerjaan sesungguhnya.
Usai membantai keluarganya pada Jumat malam, 13 Oktober 2017 pukul 19.00, Lukman pergi dari rumahnya di Graha Sienna Blok M Desa Ciakar Kecamatan Panongan Kabupaten menuju Polsek Panongan yang berjarak 2 kilometer dengan sepeda motor. Dia langsung menyerahkan diri.
Adalah Brigadir kepala Eka Yodha (33) anggota Polsek Panongan yang mendapat laporan Lukman bahwa dia telah membunuh keluarganya. Bripka Eka dan Brigadir Sidik langsung menuju ke lokasi dan menemukan tiga orang telah menjadi mayat di rumah itu.
Eka mengatakan ada dua pisau dapur yang digunakan untuk menghabisi korban. "Pisau dapur kecil saya lihat tergeletak di dekat kepala Ana," kata Eka. Pisau itu patah saat hendak digunakan menusuk dada Ana. Lukman mengganti pisau dapur besar untuk menusuk-nusuk dada korban.
Baca: Pembunuhan Ayah terhadap Istri dan 2 Anak, Rekonstruksi 19 Adegan
Ana mengalami luka pada dadanya. Kepalanya berlumuran darah. Wajah Ana, kata Eka, ditutupi pakaian dalam.
Jasad Ana ditemukan dalam posisi tidur telentang mengenakan celana pendek dan kaos. Di bagian kaki ada sajadah yang berlumuran darah dan mukena. "Sepertinya korban mau sholat magrib," kata Eka.
Adapun alat bukti pisau yang lebih besar diletakan di atas bantal di kursi ruang tamu. "Pisau itu saya lihat di atas bantal warna merah marun, jadi darah yang menempel di pisau tersamar dengan warna bantal," kata Eka.
Besi yang digunakan memukul oleh tersangka diletakkan di kursi ruang makan, dekat meja. Besi itu, dalam data rincian rekonstruksi pembunuhan yang diperoleh Tempo, merupakan kunci besi behel.