TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah DKI Jakarta terus berupaya mengatasi banjir di Jakarta. Kepala Dinas Sumber Daya Air Pemerintah DKI Jakarta Teguh Hendrawan mengatakan genangan air di beberapa titik disebabkan normalisasi sungai yang melewati Jakarta belum rampung.
“Karena progres pencapaiannya baru sampai 60 persen,” ujarnya pada Jumat, 20 Oktober 2017.
Menurut Teguh, kemajuan yang belum mencapai 100 persen tersebut disebabkan beberapa faktor. Salah satunya terkait dengan pembebasan lahan sekitar aliran sungai.
“Program pengembalian kali/sungai belum dijalankan sebagaimana kita harapkan dan perilaku warga yang masih membuang sampah, yang berakibat pada mampetnya saluran,” ucapnya.
Teguh menjamin tidak akan terjadi banjir di Jakarta. Dia menjelaskan, banjir merupakan genangan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Menurutnya, saat ini, sudah tidak ada genangan yang terlampau lama.
“Ada 145 rumah pompa, ada 421 pompa stationer, dan 40 pompa mobile standby di kawasan permukiman makanya sekarang cepat (surut genangannya),” tuturnya.
Teguh mencontohkan, Kampung Pulo, Jakarta Timur, yang sebelumnya menjadi kawasan langganan banjir. Setelah normalisasi aliran Sungai Ciliwung di Bukit Duri, saat ini, jika hujan deras, sudah tidak terjadi banjir lagi di daerah tersebut.
“Dulu, di Kampung Pulo, bisa berhari-hari banjirnya, (tapi) sekarang tidak karena normalisasi kali berhasil,” katanya.
Teguh memaparkan data banjir pada 2015 menyebutkan ada 486 titik langganan banjir jika hujan deras mengguyur Jakarta. Dalam dua tahun, angka tersebut sudah turun hingga 60 titik genangan di seluruh wilayah DKI.
“Itu akibat belum rampung normalisasi Sungai Ciliwung, Sunter, dan Pesanggaran,” katanya menjelaskan tentang banjir di Jakarta.