TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno
kembali berlari dari Jalan Pulombangkeng, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menuju Balai Kota Jakarta dengan rute lewat Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sandiaga mengaku sengaja menemui pedagang kaki lima (PKL) yang dianggap mengganggu lalu lintas. Dia memang berniat menata kawasan Pasar Tanah Abang.
Namun Sandiaga mengatakan tidak ingin menggunakan pendekatan represif atau kekerasan dengan menggusur PKL liar oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dia memilih pendekatan komunikasi.
Baca: Tanah Abang Ruwet, Jokowi Beri Tip Jitu kepada Anies-Sandi
"Sebetulnya mereka mencari nafkah sehari-hari dan bersedia ditata. Bersedia diajak sebagai bagian penataan Tanah Abang," ujar Sandiaga di Balai Kota Jakarta, Jumat, 3 November 2017.
Sandiaga belum mau menyebutkan secara detail rencananya menata Tanah Abang lantaran belum mendapat persetujuan dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sandiaga yakin solusi yang dia tawarkan menimbulkan ketidaknyamanan sehingga akan ada reaksi yang luar biasa dari sejumlah masyarakat.
"Saya mohon itu pengaturan Tanah Abang sangat didukung karena ini adalah buah kebijakan yang sangat ditunggu. Kami akan godok. Saya akan minta persetujuan Gubernur. Setelah itu kami akan umumkan sore ini," kata Sandiaga.Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) berdagang di atas trotoar di Tanah Abang, Jakarta, 18 Oktober 2017. Meskipun sudah ditertibkan, para PKL tersebut masih saja berjualan di atas trotoar dengan alasan harga sewa toko yang sangat mahal. ANTARA
Sandiaga mengatakan akan melaporkan hasil kajiannya kepada Anies. Jika usul tersebut disetujui, Sandiaga berjanji akan mengumumkan solusinya kepada publik. Namun, dia berharap, solusi yang ia ajukan ini hanya temporer. Pasalnya, kata Sandiaga, kawasan Pasar Tanah Abang akan dibangun dengan berorientasi pada pengembangan transit.
Permasalahan PKL di sekitar Pasar Tanah Abang kembali marak. Mereka memenuhi trotoar sehingga mengganggu pengguna jalan. Pemerintah belum mengambil langkah menertibkan para pedagang itu. Sedangkan PKL di Tanah Abang tidak pernah menyerah bertahan di trotoar meski berkali-kali ditertibkan.