TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agaknya belum sinkron sikapnya dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tentang pengaturan trotoar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman-MH Thamrin.
Sandiaga ingin trotoar di sepanjang Jalan Sudirman-MH Thamrin memuliakan para pejalan kaki. Dia menuturkan, fungsi trotoar nantinya juga meningkatkan interaksi antarwarga dan inklusif, yang bukan hanya untuk kalangan menengah ke atas sehingga Jakarta menjadi kota yang mudah diakses oleh semua kalangan.
Trotoar juga diusulkan agar bisa menjadi etalase budaya nasional sekaligus mengakomodasi atraksi para atlet nasional yang berprestasi. Bahkan Anies, menurut Sandiaga, ingin model seperti itu juga diterapkan pada trotoar di kawasan lainnya. "Itu keinginan Pak Gubernur," kata Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta pada Selasa, 7 November 2017.
Sebelumnya, Senin, 6 November 2017, Anies Baswedan menyatakan harus ada penyesuaian rancangan trotoar yang semula hanya untuk masyarakat berlalu lalang. Dia ingin trotoar bisa dijadikan tempat untuk berinteraksi, baik di bidang ekonomi, budaya, atau sosial.
Anies juga memerintahkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk merombak rancangan pembangunan trotoar di Sudirman-Thamrin. Pada rancangan sebelumnya, trotoar akan dilebarkan dan tidak ada ruang bagi sepeda motor untuk melintas di jalan protokol tersebut.
Sekarang, Anies meminta seluruh kendaraan bisa melintas di Sudirman-Thamrin, termasuk sepeda motor. Rencananya, trotoar akan dipersempit sehingga menambah ruas jalan untuk mewadahi jalur sepeda motor sepanjang Sudirman-Thamrin.
Baik Anies Baswedan maupun Sandiaga Uno belum menjelaskan kepada publik bagaimana trotoar bisa memuliakan pejalan kaki sekaligus menjadi tempat interaksi masyarakat dan budaya, jika trotoar dipersempit. Mungkinkah?