TEMPO.CO, Jakarta - Mental Dokter Ryan Helmi, tersangka kasus dokter tembak istri sendiri, yakni Dokter Letty Sultri, di Azzahra Medical Centre, Jakarta Timur, goyah juga.
Sehari setelah membunuh Dokter Letty, 46 tahun, dengan sadis Helmi menunjukkan perubahan perilaku. Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya sempat kaget karena Helmi menunjukkan tindakan yang tidak biasa.
Kepala Unit II Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Komisaris Ari Cahya Nugraha menceritakan, dalam interogasi awal pada Kamis malam, 9 November 2017, tersangka lancar memberi jawaban kepada penyidik. Namun kemudian tiba-tiba Helmi sesenggukan menangus tanpa sebab.
"Makin larut malam saat diperiksa, dia bisa nangis sendiri," kata Ari di kantor Polda Metro Jaya pada Jumat, 10 November 2017.
Penyidik memeriksa suami almarhumah Dokter Letty itu untuk mengungkap motif pembunuhan dan asal-muasal dua pistol yang dia miliki. Helmi, 41, dijerat pembunuhan berencana dengan Pasal 340 dan 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Dokter Helmi menembak Dokter Letty enam kali pada bagian muka dan dada pada Kamis siang, 9 November 2017, sekitar pukul 14.00 WIB. Kala itu, Letty sedang bekerja di Azzahra dan terjadilah adu mulut. Dua jam setelah menembak istrinya, Helmi menyerahkan diri ke kantor Polda Metro Jaya sambil membawa dua pistol, yakni revolver rakitan dan jenis FN.
Berdasarkan hasil tes urine, Helmi positif mengkonsumsi obat penenang. Helmi mengaku mengidap depresi akibat digugat cerai oleh Dokter Letty pada Juli 2017. Helmi yang berniat rujuk dengan Dokter Letty dijawab dengan penolakan lalu menembak istrinya hingga tewas.
Ari tak bisa memastikan mengapa Helmi tiba-tiba menangis. Dia menduga Helmi menyesali perbuatannya membunuh Dokter Letty. "Sebagai manusia biasa, dia mungkin menyesal."