TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan tidak tahu Ananda Sukarlan memprotes kehadirannya dalam peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius. Namun dia tidak mempermasalahkan dan tetap menghormati sikap komponis itu. “Saya akan menyapa semua, mengayomi semua. Kalau kemudian ada reaksi negatif, ya, itu bonus buat saya. Enggak ada sesuatu, biasa saja," ujar Anies di Balai Kota Jakarta, Senin, 13 November 2017.
Ananda melancarkan aksi walk out untuk memprotes panitia yang mengundang Anies dalam peringatan berdirinya Kolese Kanisius. Menurut dia, Anies tidak layak berada di tengah-tengah komunitas Kanius. "Kenapa mengundang seseorang yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan ke kita di Kanisius?" katanya saat dihubungi Tempo, Senin.
Ananda mengatakan, selama menimba ilmu di Kanisius, dia mendapat pemahaman tentang pluralisme. Dengan menghargai perbedaan, dia percaya kehidupan di dunia akan menjadi lebih baik. "Perbedaan itu yang membuat kita bersatu," ujarnya. Namun dia menganggap figur Anies justru berlawanan dengan nilai-nilai itu.
Baca: Anies Baswedan Tidak Tahu Ada Aksi Walk Out di Acara Kanisius
Menurut Ananda, pada masa kampanye pemilihan kepala daerah DKI 2017 yang sarat dengan sentimen agama dan rasialis, Anies Baswedan terlihat tidak merasa terganggu. Ditambah lagi pidato perdana Anies sebagai gubernur yang menyinggung masalah pribumi. “Saya tidak ngomong politik, ini soal hati nurani dan nilai kemanusiaan,” kata Ananda.
Anies Baswedan mengatakan baru tadi pagi diberi tahu ihwal protes Ananda Sukarlan itu. Menurut dia, siapa pun berhak mengungkapkan pikiran atau kritik dengan caranya masing-masing. Ia hadir dalam acara itu karena diundang sebagai gubernur sekaligus sahabat. "Saya ini bukan kayak orang enggak kenal sama teman-teman di Kanisius,” ucap Anies. “Dan ini bukan kedatangan pertama di Kanisius."
Baca juga: Pidato Anies Baswedan, Kata Pribumi Sarat Kontroversi