TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mempersoalkan hasil survei Setara Institut mengenai Indeks Kota Toleran 2017, yang menempatkan DKI Jakarta sebagai kota dengan skor toleransi terendah, yakni 2,30.
Menurut Sandiaga, data yang diambil survei Setara Institut kurang baru karena dilakukan pada Oktober 2016-September 2017.
Dia mengklaim memiliki data terbaru, yang diperoleh seusai pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta pada 19 April 2017.
“Banyak warga DKI sudah move on dari pemilihan kepala daerah DKI dan memiliki sikap toleransi yang lebih baik," kata Sandiaga di Silang Monas, Jakarta Pusat, Sabtu, 18 November 2017.
Kendati begitu, Sandiaga mengatakan hasil survei Setara Institut akan semakin memperkaya data yang dimilikinya. Sehingga, ia dapat menentukan cara memperkuat toleransi dan kerukunan melalui kegiatan di lapangan.
"Ya kita harus berusaha sekuat tenaga untuk memastikan bahwa sikap toleran dari warga dan sikap tentunya menjaga Bhinneka Tunggal Ika itu perkuat lagi, pererat lagi," kata Sandiaga.
Sandiaga mengaku ia dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan selama ini sudah berbagi tugas dalam memperkuat toleransi dan kerukunan antarwarga.
Setara Institut merilis Indeks Kota Toleran 2017, yang menyebutkan DKI Jakarta sebagai kota dengan skor toleransi terendah, yakni 2,30.
Peneliti Setara, Halili, mengatakan skor tersebut diperoleh dari penelitian data milik Badan Pusat Statistik (BPS), Komisi Nasional Perempuan, Setara Institut, dan referensi beberapa media massa.
Selain Jakarta, yang menempati urutan pertama kota dengan tingkat toleransi terendah, ada sembilan kota lain yang memiliki skor toleransi rendah. Kesembilan kota itu adalah Banda Aceh (2,90), Bogor (3,05), Cilegon (3,20), Depok (3,30), Yogyakarta (3,40), Banjarmasin (3,55), Makassar (3,65), Padang (3,75), dan Mataram (3,78).