Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tokoh Betawi Tunjukan Kekeliruan Buku Pitung Versi Iwan Mahmoed

Reporter

Editor

Suseno

image-gnews
Bagunan yang dikenal dengan nama `Rumah Pitung` di kawasan Marunda, Jakarta Utara, 19 Juli 2015. Bangunan tersebut dijadikan sebagai salah satu bangunan Cagar Budaya yang harus dilindungi. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Bagunan yang dikenal dengan nama `Rumah Pitung` di kawasan Marunda, Jakarta Utara, 19 Juli 2015. Bangunan tersebut dijadikan sebagai salah satu bangunan Cagar Budaya yang harus dilindungi. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Iklan

Tempo.co, Jakarta -  Buku Pitung (Pituan Pitulung) karya Iwan Mahmoed Al Fattah menjadi kontroversi dikalangan tokoh pemerhati budaya Betawi. Sebab dalam bukunya, Iwan memunculkan Pitung itu bukan tokoh tunggal melainkan satu kelompok yang terdiri dari tujuh orang.

"Di dalam kelompok itu memang ada yang paling menonjol, sehingga orang memahami bahwa Pitung itu cuma satu, yakni Radin Muhammad Ali Nitikusuma,” ujar Iwan, dalam diskusi berjudul “Orang Betawi dan Cerita Si Pitung” di gedung Balai Latihan Kesenian, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 25 November 2017.

Menurut Iwan, sumber yang digunakan untuk membuat buku itu adalah kitab Al Fatawi karya Datuk Meong Tuntu, yang disalin kembali oleh Kiai Ahmad Syari'i Mertakusuma pada 1910. Naskah berbahasa Arab-Melayu tersebut didapatnya pada tahun 2014. “Untuk mengumpulkan bahan dan penelitian tentang isi kitab Al Fatawi, sekitar 3 tahun,” kata Iwan.

Baca: Makna Tersirat Deklarasi Jokowi di Rumah Pitung

Sejumlah tokoh dan pemerhati budaya Betawi meragukan tesis Iwan tentang tokoh Pitung yang terdiri dari tujuh orang itu. Diantaranya adalah pendiri Komunitas Betawi Kita, G.J. Nawi. Ia menilai Iwan menggunakan informasi yang tidak valid untuk penyusunan bukunya.

Nawi mengatakan, dalam bukunya Iwan menuliskan, Pitung disebut melawan Korps Marechaussee te Voet atau Marsose pada tahun 1893. Padahal berdasarkan catatan Gouvernement Besluit Nomor 19 tanggal 5 Oktober 1916, Marsose baru ditempatkan di Pulau Jawa pada 916. “Divisi barat ditempatkan di Meester Cornelis, Bekasi dan Tjabang Bungin (Cikarang) sedangkan divisi timur ada di Lamongan dan Lawang,” kata Nawi.

Selain itu, istilah Pitung yang di pakai Iwan untuk merujuk pada numeral tujuh (pituan) atau pitu dalam bahasa Jawa pesisir yakni Cirebon dan Banten, dianggap janggal. Sebab dalam masyarakat Jawa pesisir, setiap bilangan angka selalu diikuti dengan ligatur atau pengait “ng”  antara numeral dan nomina. “Kata yang tepat dalam kelaziman bahasa Jawa menggunakan ligatur Ng terkait numeral Pitu misalnya Pitung Wong atau Tujuh Orang. Kata Pitung enggak bisa berdiri sendiri,” ujar Nawi

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nawi menyayangkan sikap Iwan selaku penulis yang alergi terhadap sumber lain, khususnya naskah-naskah dari Belanda. Menurut Nawi, dalam harian Bataviaasch Nieuwsblad dan De Locomotief  banyak informasi tentang “Si Pitung” yang sama sekali tidak digunakan. “Padahal didalamnya ada Ernest Douwes Dekker alias Danudirja Setiabudi yang juga sudah diangkat jadi Pahlawan Nasional,” ujar Nawi.

BacaKenapa Kampung Betawi Tergusur? Ini Penjelasan Arkeolog

Kritikan terhadap buku Iwan juga datang dari Rachmad Sadeli, pendiri Pustaka Betawi. Salah satu informasi yang dia sorot adalah tentang  M.H. Thamrin yang disebut pendiri Perkumpulan Kaum Betawi. Padahal, berdasarkan literaur yang dibaca Rachmad,  Thamrin tidak pernah mendirikan perkumpulan tersebut. “Saya tidak pernah mengetahui tentang itu,” ujarnya.

Dalam teknis pernaskahan, Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara Munawar Holil juga menemukan kekeliruan dalam buku Iwan. Contohnya, Iwan menyebut aksara Arab Pegon untuk menyebut aksara Jawi. “Padahal istilah-istilah itu sangat penting dan mendasar,” kata Munawar yang juga seoarang filolog dari Universitas Indonesia.

Ketua Komunitas Betawi Kita, Roni Adi Sikumbang juga menemukan kesalahan dalam silsilah Pitung yang ditulis Iwan. Sebab Iwan menyebut tokoh Pitung bersentuhan dengan Arya Jipang atau Arya Penangsang. “Dalam sejarah kerajaan Jawa, khususnya era Kerajaan Demak, tidak pernah disebutkan Arya Jipang atau Arya Penangsang diutus sampai ke Jayakarta,” katanya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Komunitas Seni dan Budaya UI Ajak Kerja Sama Pendiri Lenong Rumpi

3 hari lalu

Komunitas Bakul Budaya dari FIB UI saat bertemu dengan pendiri Lenong Rumpi Harry De Fretes di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Senin 15 April 2024. Foto : Humas Bakul Budaya
Komunitas Seni dan Budaya UI Ajak Kerja Sama Pendiri Lenong Rumpi

Komunitas di bawah kelompok kerja seni dan budaya ILUNI FIB UI itu menyiapkan program kejutan untuk memajukan pariwisata Jakarta.


Serba-serbi Perayaan Tri Hari Suci Paskah di Gereja Katedral Jakarta Hari Ini

20 hari lalu

Umat Katolik mengikuti misa pertama ibadat Jumat Agung pada perayaan Tri Hari Suci Paskah di Gereja Katedral Jakarta, Jumat (29/3/2024). (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah)
Serba-serbi Perayaan Tri Hari Suci Paskah di Gereja Katedral Jakarta Hari Ini

Gereja Katedral Jakarta mempersiapkan perayaan Tri Hari Suci Paskah dengan dekorasi ruangan yang mengusung adat Betawi dan Dayak.


Pembahasan RUU DKJ, DPR dan DPD Usulkan Keterlibatan Orang Betawi di Pilkada Jakarta

34 hari lalu

RDPU Baleg DPR RI tentang RUU Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) bersama Bamus Betawi dan Kaukus Muda Betawi. Foto: YouTube/TVR Parlemen
Pembahasan RUU DKJ, DPR dan DPD Usulkan Keterlibatan Orang Betawi di Pilkada Jakarta

Penguatan terhadap suku Betawi dan asetnya bisa diformulasikan untuk mencari kekhususan pada RUU DKJ.


Pembinaan Generasi Muda di Jakarta, BRIN: K-Pop Ala Betawi, Kenapa Tidak?

56 hari lalu

Atraksi budaya Betawi pada perayaan CFD di Sudirman, Jakarta Pusat, Ahad 11 Juni 2023. Warga antusias menyaksikan atraksi budaya tersebut. TEMPO/Mirza Bagaskara
Pembinaan Generasi Muda di Jakarta, BRIN: K-Pop Ala Betawi, Kenapa Tidak?

Budaya Betawi disebut terpinggirkan pada masa Orde Lama dan Baru sebab pemerintahnya cenderung menonjolkan keberagaman etnis, bukan budaya lokal.


Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Musisi Betawi: Seniman Dapat Apa?

15 Januari 2024

Foto udara proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 11 Maret 2022. Pengerjaan revitalisasi TIM yang dimulai pertengahan tahun 2019 tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Pemprov DKI Naikkan Tarif Sewa Gedung Pertunjukan, Musisi Betawi: Seniman Dapat Apa?

Musisi Betawi Muhammad Amrullah alias Kojek merespons soal kebijakan Pemprov DKI menaikkan tarif sewa gedung pertunjukan.


Pantun Jawara Betawi Saat Timnas AMIN Gelar Gelar Training of Trainer Relawan

27 Desember 2023

Timnas Amin bersama perkumpulan jawara Betawi di Yayasan Darul Musthofa Al Madinatul Munawwaroh, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa, 26 Desember 2023. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Pantun Jawara Betawi Saat Timnas AMIN Gelar Gelar Training of Trainer Relawan

Jawara Betawi meramaikan acara ToT atau Training of Trainer Relawan Timnas AMIN di Jagakarsa.


Wayang Natal Motif Betawi-Dayak Jadi Ikon di Gereja Katedral

24 Desember 2023

Wayang Natal Nusantara menjadi ikon di Plaza Maria, Gereja Katedral Jakarta, Minggu, 24 Desember 2023. Karya seni untuk perayaan Natal itu menggunakan ornamen adat Betawi dan Dayak sebagai simbol pindahnya ibu kota negara dari Jakarta ke IKN. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
Wayang Natal Motif Betawi-Dayak Jadi Ikon di Gereja Katedral

Gereja Katedral Jakarta memamerkan Wayang Natal Nusantara dengan motif Betawi dan Batak yang dipajang di Plaza Maria


Asal-Usul Ayam Gohyong, Kuliner Akulturasi dari Tionghoa dan Betawi

24 Desember 2023

Ayam gohyong malaya. Dok. Ayam goreng gohyong malaya
Asal-Usul Ayam Gohyong, Kuliner Akulturasi dari Tionghoa dan Betawi

Ayam Gohyong saat ini sedang populer di media sosial.


Pengusul Gubernur Ditunjuk Presiden Nilai Orang Betawi Belum Dapat Keadilan di Politik Jakarta

10 Desember 2023

RDPU Baleg DPR RI tentang RUU Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) bersama Bamus Betawi dan Kaukus Muda Betawi. Foto: YouTube/TVR Parlemen
Pengusul Gubernur Ditunjuk Presiden Nilai Orang Betawi Belum Dapat Keadilan di Politik Jakarta

Gubernur ditunjuk presiden dalam RUU DKJ dinilai memberi peluang lebih besar terpilihnya orang Betawi sebagai pemimpin Jakarta


Pengusul Gubernur Ditunjuk Presiden Ingin Jakarta Dipimpin Orang Betawi

10 Desember 2023

Ketua Bidang Regulasi Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi, Zainuddin atau Haji Oding. Sumber: Dok Pribadi
Pengusul Gubernur Ditunjuk Presiden Ingin Jakarta Dipimpin Orang Betawi

Ketua Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi Zainuddin atau Haji Oding merupakan orang yang mengusulkan gubernur ditunjuk presiden dalam RUU DKJ