TEMPO.CO, Bekasi - Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi Inayatullah mengatakan banyak kantin kejujuran di sekolah di Kota Bekasi yang bangkrut. Alasannya, kata dia, sebagian besar kantin merugi. "Banyak yang mati suri," katanya di sela acara peringatan Hari Antikorupsi di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Bekasi, Senin, 11 Desember 2017.
Menurut Inayatullah, lembaganya mendorong agar kantin kejujuran dihidupkan kembali. Sebab, kantin tersebut bagian dari pendidikan karakter sejak dini di sekolah. "Untuk memupuk kejujuran sejak dini," ujarnya. “Informasi yang kami terima, hanya ada satu kantin kejujuran yang masih eksis, yaitu di SMA Negeri 1 Bekasi,” ucapnya.
Kantin kejujuran diresmikan Wali Kota Bekasi Mochtar Mohamad pada awal 2008. Kantin yang didirikan di sekolah-sekolah tersebut tidak memiliki penjaga sehingga mengandalkan kejujuran para siswa saat membeli.
Meski sejak awal berdiri ditemukan kerugian akibat ulah beberapa siswa yang tidak jujur, Mochtar tetap mendaftarkan 617 kantin kejujuran ke Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI). MURI pun memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kota Bekasi atas keberhasilannya menggalang kantin kejujuran terbanyak di seluruh Indonesia pada 28 Oktober 2008.
Kepala Kejaksaan Negeri Kota Bekasi Didi Suhardi mengatakan banyaknya kantin kejujuran yang bangkrut karena usaha itu tidak bisa balik modal, apalagi mendapatkan keuntungan. "Barang tidak ada, uang juga tidak ada," tuturnya.
Meski banyak kantin kejujuran tutup, kata dia, bukan berarti siswa-siswi di sekolah tidak jujur. "Yang jujur banyak, yang tidak jujur ini yang merusak," katanya. Ia mendorong siswa-siswi di Kota Bekasi mendapatkan pendidikan antikorupsi di sekolah dengan mengimplementasikan kantin kejujuran.
Kepala SMA Negeri 2 Kota Bekasi Ekowati mengatakan kantin kejujuran di sekolahnya hanya bertahan setahun. Alasannya, kantin selalu merugi. "Barang dagangan habis, tapi pendapatan tidak sesuai," ujarnya.
Kepala SMA Negeri 1 Kota Bekasi Mawar mengatakan kantin kejujuran di sekolahnya masih eksis sejak berdiri pada 2008. Bahkan kantin yang dikelola siswa tersebut mampu memperoleh margin atau keuntungan hingga Rp 1,5 juta setiap sebulan. "Omzet mencapai Rp 500 ribu sehari, untungnya 10 persen," ucapnya.