Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

3 Bulan Lokbin Cengkeh Masih Sepi, Begini Curhat PKL Eks Kota Tua

image-gnews
Sejumlah pedagang merapikan barang dagangan di Lokasi penampungan PKL Kota Tua Taman Kota Intan Jalan Cengkeh. Jakarta, 13 Oktober 2017. Lahan ini dilengkapi fasilitas parkir 400 kendaraan roda dua,150 roda empat dan 12 bus. Tempo/Fakhri Hermansyah
Sejumlah pedagang merapikan barang dagangan di Lokasi penampungan PKL Kota Tua Taman Kota Intan Jalan Cengkeh. Jakarta, 13 Oktober 2017. Lahan ini dilengkapi fasilitas parkir 400 kendaraan roda dua,150 roda empat dan 12 bus. Tempo/Fakhri Hermansyah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejak pindah ke Lokbin Cengkeh, penghasilan PKL pindahan dari  Kota Tua menurun drastis. Mereka mengeluh karena sudah tiga bulan berjualan di Lokasi Binaan UMKM Taman Kota Intan di Jalan Cengkeh, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, tapi tempat itu masih sepi. 

"Minumnya dek," kata Sumiati, 55 tahun, pemilik los Aneka Minuman di Lokbin Cengkeh, Rabu malam, 20 Desember 2017. Sumiati merupakan satu dari ratusan pedagang yang harus angkat kaki dari sekitar Museum Fatahillah Kota Tua, ke Lokbin UMKM seluas 1,2 hektar tersebut.

Sejak hengkang dari area wisata Kota Tua pada 5 Oktober lalu, Sumiati mesti rajin menawarkan barang dagangannya ke pengunjung yang datang. Sebab, lokasi baru tempatnya berdagang itu masih sepi. "Sudah mau tiga bulan tapi masih sepi seperti ini," ucapnya.

Baca: Pedagang vs PKL Tanah Abang: Anies Baswedan Belum Punya Solusi

Sumiati telah berjualan aneka minuman sejak 12 tahun lalu di depan Museum Fatahillah. Sejak direlokasi ke Lokbin Jalan Cengkeh oleh pemerintah, Sumiati harus merintis dari nol usahanya. Soalnya, omzetnya berjualan sejak direlokasi turun drastis.

Pada hari biasa saat berjualan di sekitar Museum Fatahillah. Sumiati bisa mengantongi uang sekitar Rp 600-700 ribu per hari. Namun, setelah direlokasi ke Lokbin Jalan Cengkeh, omzetnya tidak mencapai Rp 100 ribu per hari, dari minuman yang dijual seharga Rp 5-10 ribu.

"Bahkan, saya pernah hanya mendapatkan Rp 5 ribu sehari. Dan sering hanya dapat Rp 15 ribu," ujar Sumiati yang menemani cucunya makan bakso di hadapannya.

Menurut Sumiati, selama berdagang di Lokbin Jalan Cengkeh, dirinya tidak hanya merasakan penurunan omset. Namun, juga merasa tidak mempunyai pemasukan saat berjualan di sana. Padahal, saat akhir pekan dan hari libur, Sumiati bisa mengantongi Rp 2 juta per hari. "Paling tinggi di Sabtu-Minggu jualan di sini (Lokbin Jalan Cengkeh) hanya dapat Rp 100 ribu," ujarnya.

Para pedagang mulai buka pukul 08.00-22.00. Setiap pedagang di Lokbin Jalan Cengkeh hanya membayar Rp 120 ribu per bulan untuk menempati los yang ada di sana. Total ada 456 los di Lokbin Jalan Cengkeh.

Baca: Temui Sandiaga Uno, PKL Kota Tua: Kami Kayak Dibunuh Pelan-pelan

Namun, kata Sumiati, karena para pedagang tidak tahan dengan kondisi yang sepi, akhirnya satu per satu rontok. Banyak pedagang lebih memilih jualan di tempat lain. "Kami inginnya ramai. Tapi, ya gini keadaannya, jadi banyak yang tutup," ucapnya.

Untuk menambah omset dagangannya, Sumiati sering kerja lembur di akhir pekan. Sumiati memilih kembali berdagang di sekitar area museum Fatahillah pada pukul 22.00. Sebab, petugas Satuan Polisi Pamong Praja membolehkan para pedagang berjualan selepas pukul 22.00. "Saya dagang pakai gerobak di sana (museum Fatahillah)."

Sumiati berharap Lokbin Jalan Cengkeh bisa seramai di area Kota Tua. Namun, sejauh ini rencana pemerintah untuk mendatangkan wisatawan ke Lokbin juga belum terlihat. Padahal, pemerintah mewajibkan wisata yang datang ke Kota Tua, untuk parkir di parkiran yang disediakan di Lokbin Jalan Cengkeh.

"Tapi, kebanyakan hanya lewat pengunjung yang dari bis wisata. Yang berhenti ke sini cuma satu dua orang," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semua pedagang sudah mengeluh dengan kondisi yang sepi seperti saat ini. Namun, pemerintah juga belum mempunyai solusi jitu untuk membantu para pedagang. Yang dikhawatirkan, para pedagang akan pindah kembali ke lokasi di sekitar Kota Tua, meski sudah dilarang. "Saya sendiri sudah tidak betah jualan di sini. Tapi, saya sudah tua enggak bisa apa-apa lagi," ujarnya.

Menurut Sumiati, Lokbin Jalan Cengkeh lebih baik dipadukan atau diubah menjadj pasar sayuran. Dengan diubah menjadi pasar sayur, geliat perdagangan di Lokbin Cengkeh akan lebih hidup.

Lokbin Jalan Cengkeh, kata Sumiati, memang jauh lebih baik dan tertata dari tempat dia berdagang sebelumnya. Namun, bagi para pedagang yang utama bukan tempatnya yang bagus, tetapi omzetnya. "Buat apa bagus tapi sepi. Kalau seperti sekarang tidak bisa diharapkan," ucapnya.

Wastini, 25 tahun, pemilik Bakso Rudal Solo di Lokbin Jalan Cengkeh, juga mengeluhkan hal yang sama dengan Sumiati. Sejak pindah ke kawasan Lokbin yang dibangun pemerintah, omsetnya menurun drastis.

Pada hari biasa, Wastini bisa mengantongi uang minimal Rp 700 ribu per hari. Namun, begitu pindah di lokasi Lokbin dia hanya bisa mengantongi Rp 100-200 ribu per hari. Selain itu, pada akhir pekan jika berjualan di Jalan Virgin Kota Tua, Wastini bisa mengantongi Rp 3 juta per hari.

"Bahkan, sejak pindah ke Lokbin ini, sebulan saya sempat tidak mendapatkan pembeli sama sekali," ujarnya. "Sejak 2007 saya sudah jual bakso di Kota Tua."

Menurut Wastini, para pedagang enggan ke lokasi Lokbin Cengkeh karena jauh. Para pengunjung Kota Tua lebih memilih membeli makanan yang dijual di dekat sana. "Pengunjung malas datang ke sini walau tempatnya bagus," ujarnya.

Pembina Oke Oce Clothing Alex Asmasoebrata mengatakan Lokbin Cengkeh memang masih sepi pengunjung dan dikeluhkan oleh para pedagang di sana. Hal ini terjadi karena banyak orang yang belum tahu keberadaan lokasi ini.

"Seharusnya ada sosialisasi yang masif. Dan buat kawasan wisata yang terintegrasi dengan baik dengan industri kecil seperti UMKM di sini," ujarnya.

Selain itu, menurut Alex, pengembangan obyek wisata Kota Tua oleh pemerintah juga belum jelas arahnya. "Apa yang dijual dari Kota Tua. Kota Tua itu maksudnya apa. Harus jelas dalam menentukan arah ke depan kalau Kota Tua mau dijadikan obyek wisata."

Selain itu, semestinya ada banyak papan informasi dan tour guide agar wisatawan obyek wisata yang ada di Kota Tua. "Belum banyak pengembang yang dilakukan untuk mengembangkan obyek wisata ini. Saya sarankan kerja sama juga dengan travel biro atau pihak swasta lainnya untuk mengembangkan Kota Tua," katanya.

Kepala Satuan Pelaksana Lokbin Taman Kota Intan, Agus Sunarto membenarkan Lokbin Cengkeh memang masih sepi pengunjung. "Untuk saat ini memang seperti ini kenyataannya. Masih sepi," ucapnya.

Namun, Agus memperkirakan tahun depan Lokbin Cengkeh akan lebih ramai karena pemerintah sedang membangun empat jembatan penghubung di Kali Besar yang akan terkoneksi ke Lokbin Jalan Cengkeh. Selain itu, parkir liar di kawasan Kota Tua dan Kali Besar juga akan dihilangkan. "Nanti mereka akan dialihkan ke Lokbin, jadi Lokbin lebih ramai."

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

18 hari lalu

Kawasan Titik Nol Kilometer, ujung Jalan Malioboro Yogyakarta tampak lengang saat pelaksanaan Pemilu pada Rabu siang, 14 Februari 2024. (Tempo/Pribadi Wicaksono)
Sederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan

Satpol PP Kota Yogyakarta mendirikan Posko Jogoboro untuk pengawasan aktivitas libur Lebaran khusus di kawasan Malioboro mulai 8 hingga 15 April 2024


Pemilik Usaha Kuliner Daging Anjing di Solo Minta Pemerintah Beri Solusi Terbaik: Jangan Asal Menutup

20 Januari 2024

Ketua paguyuban pedagang atau pemilik usaha kuliner olahan daging anjing Agus Triyono memberikan pernyataan kepada wartawan di Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 20 Januari 2024. Para pedagang berharap ada solusi bagi mereka terkait rencana pengaturan atau pelarangan peredaran daging anjing di Kota Solo. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Pemilik Usaha Kuliner Daging Anjing di Solo Minta Pemerintah Beri Solusi Terbaik: Jangan Asal Menutup

Mereka berharap bisa beraudiensi dengan jajaran Pemkot Solo dan komunitas pecinta anjing untuk mendapatkan solusi tersebut.


Cerita PKL di JIS Lega Piala Dunia U-17 Telah Usai, Kenapa?

30 November 2023

Beberapa pedagang kaki lima atau PKL di Pintu Barat JIS berusaha meraup rezeki dari para penonton pertandingan Piala Dunia U-17 pada Sabtu malam, 18 November 2023. TEMPO/NOVALI PANJI.
Cerita PKL di JIS Lega Piala Dunia U-17 Telah Usai, Kenapa?

Semarak dan keseruan Piala Dunia U-17 2023 telah berlalu di Jakarta International Stadium (JIS).


Kenapa Desain Spanduk Warung Tenda Pecel Lele Hampir Sama Semua?

16 November 2023

Ilustrasi Warung Pecel Lele. Tempo/Fardi Bestari
Kenapa Desain Spanduk Warung Tenda Pecel Lele Hampir Sama Semua?

Saat diperhatikan, warung-warung yang menjual pecel lele biasanya menggunakan spanduk dengan motif yang seragam. Bagaimana asal-usulnya?


Siswa SMK Berkebutuhan Khusus di Tangsel Akhirnya Diterima Magang di Hotel

7 November 2023

Seorang siswa berkebutuhan khusus di Kota Tangerang Selatan akhirnya bisa mendapat tempat PKL, Senin 6 November 2023. Foto: Istimewa
Siswa SMK Berkebutuhan Khusus di Tangsel Akhirnya Diterima Magang di Hotel

Sebuah hotel di BSD akhirnya mau menerima Irvine, siswa SMK berkebutuhan khusus untuk magang praktek kerja lapangan.


Setelah Relokasi, Puluhan Pedagang Kuliner Sekitar ITB Masih Tahap Transisi

2 Oktober 2023

Pedagang kuliner di Jalan Skanda depan kampus ITB, Sabtu 30 September 2023. (TEMPO/Anwar Siswadi)
Setelah Relokasi, Puluhan Pedagang Kuliner Sekitar ITB Masih Tahap Transisi

Pada 7 Agustus, pedagang kuliner di sekitar ITB digusur pemerintah Kota Bandung karena lokasi berdagangnya termasuk jalur terlarang.


Ormas di Bekasi Diduga Minta Sumbangan Rp 100 Ribu ke PKL untuk Acara HUT Organisasi

23 Agustus 2023

Ilustrasi rupiah. Pexels/Ahsanjaya
Ormas di Bekasi Diduga Minta Sumbangan Rp 100 Ribu ke PKL untuk Acara HUT Organisasi

Para PKL meminta polisi menindak ormas yang meminta sumbangan untuk HUT organisasi. Setiap hari sudah menarik iuran ke pedagang.


Rencana Relokasi PKL Jalan Ganesha, Keluarga Mahasiswa ITB Tuntut 3 Hal

7 Agustus 2023

Ilustrasi kampus ITB. Instagram
Rencana Relokasi PKL Jalan Ganesha, Keluarga Mahasiswa ITB Tuntut 3 Hal

Keluarga Mahasiswa ITB mencatat beberapa masalah yang harus dijelaskan sebelum relokasi PKL.


Meski Sering Ditertibkan, PKL di Pantai Padang Tetap Berjualan

2 Juni 2023

Wisatawan mengunjungi kawasan Pantai Padang di Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa 3 Mei 2022.  Pantai Padang menjadi tujuan wisata favorit bagi warga dan perantau saat libur lebaran di kota itu. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Meski Sering Ditertibkan, PKL di Pantai Padang Tetap Berjualan

Di kawasan Pantai Padang, memang berdiri tenda-tenda semi permanen milik pedagang.


Protes PKL Serobot Trotoar, Warga Komplek Pertamina Pondok Ranji Pasang Spanduk

21 Mei 2023

Warga Komplek Pertamina, Kota Tangerang Selatan pasang spanduk menolak pedagang kaki lima (PKL) yang berdagang di trotoar, Sabtu 20 Mei 2023. TEMPO/Muhammad Iqbal
Protes PKL Serobot Trotoar, Warga Komplek Pertamina Pondok Ranji Pasang Spanduk

Ketua RT Kompleks Pertamina sebut warga telah mengadukan PKL serobot trotoar itu ke Kecamatan Ciputat, namun keluhan itu tidak digubris oleh camat.