TEMPO.CO, Jakarta - Dalam sepekan, Kepolisian Daerah Metro Jaya menerima dua laporan terkait dengan kasus tenggelamnya kapal nelayan di wilayah Kepulauan Seribu. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan kapal diduga tenggelam akibat ombak tinggi.
"Sebuah kapal nelayan dari Muara Angke hari ini tenggelam. Pada saat itu, nelayan dengan jumlah sembilan anak buah kapal (ABK) sedang berlayar mencari ikan," ujarnya di Polda Metro Jaya, Kamis, 21 Desember 2017.
Kejadian kapal nelayan tenggelam di wilayah Kepulauan Seribu itu diduga karena ombak besar dengan tinggi sekitar 1,5 meter, yang datang menggulung kapal. "Pada saat itu, kapal berada di tengah laut. Sekitar dua jam dari darat lalu, (ombak) menenggelamkan kapal berisi sembilan ABK," ucapnya.
Setelah terombang-ambing di lautan selama beberapa jam, sembilan ABK itu dapat diselamatkan nelayan lain, yang juga sedang mencari ikan. "Alhamdulillah tidak ada korban karena diselamatkan nelayan yang juga sedang mencari ikan," kata Argo.
Pada hari yang sama juga terjadi kasus kapal nelayan yang diduga tenggelam akibat cuaca ekstrem dan ombak tinggi. Lokasi kapal tenggelam dekat Pulau Sumatera.
"Berdasarkan kompas, kira-kira berada pada titik arah 110. Bedanya dengan kasus di atas adalah jumlah ABK ada 11 orang dan baru ditemukan dua orang yang selamat," tutur Argo.
Berdasarkan informasi, dua orang yang selamat itu sudah terombang-ambing di laut selama tiga hari sebelum ditemukan nelayan. "Kejadian tersebut berjarak sekitar dua jam setengah dari pulau terdekat di daerah Pulau Harapan atau Pulau Kelapa," ujarnya. "Berdasarkan informasi, sembilan orang belum bisa ditemukan dan dua orang yang selamat sudah masih pemulihan."
Hingga saat ini, dua orang korban selamat belum bisa dimintai keterangan terkait dengan kasus tenggelamnya kapal nelayan tersebut. "Keterangan sementara hanya dua orang ini berasal dari Cirebon dan tenggelamnya kapal," ucapnya.
Argo mengimbau para nelayan Kepulauan Seribu tetap berkonsultasi dengan penjaga pantai atau Badan Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika setempat. "Jadi kita bisa mengetahui cuacanya seperti apa. Jangan sampai ada kejadian seperti ini lagi," tuturnya.
MOH KHORY ALFARIZI | TD