TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat teroris Al Chaidar meminta kepolisia berjaga ekstra ketat di sejumlah titik vital dari ancaman teroris saat Natal dan Tahun Baru. Alasannya, buntut pernyataan Presiden Amerika Donald Trump atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, bisa berdampak pada situasi keamanan di Indonesia.
"Potensi ancaman teroris sangat besar di Indonesia. Karena dengan pernyataan Donald Trump sangat berbahaya, apalagi pernyataannya didukung dengan beberapa gereja. Ini bisa membuat posisi mereka menjadi target," kata Al Chaidar saat dihubungi Tempo, Senin, 25 Desember 2017.
Menurut Al Chaidar, ancaman teroris bisa terjadi pada perayaan Natal dan Tahun Baru, atau setelahnya. Soalnya, hampir sebagian besar orang di Indonesia, masih membicarakan pernyataan Trump yang kontroversial itu. "Di mana-mana orang membicarakan itu," ucap Al Chaedar.
Bahkan, ujar Al Chaidar, pernyataan Trump tersebut membangkitkan sel teroris yang sebenarnya sudah tidur. Saat ini, menurut Al Chaidar, potensi bangkitnya sel teroris dari simpatisan yang mendukung gerakan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Al Qaeda, akan bangkit lagi. "Kalau dulu ISIS saja, sekarang dua-duanya," ucap Al Chaidar.
Adapun untuk kawasan di Jabodetabek, Al Chaidar mengingatkan kepolisian agar mengantisipasi serangan teroris di kawasan Tangerang dan Bekasi. Karena, di kedua wilayah tersebut diduga banyak anggota kelompok teroris.
Selain gereja, ujar Al Chaidar, polisi perlu mengamankan obyek vital, kantor polisi, kantor pemerintah, dan kantor partai politik. Untuk jenis ancaman yang paling berpotensi dilakukan teroris saat ini adalah pembakaran tempat tersebut. "Jenis yang dilakukan adalah ancaman pembakaran," ujar Al Chaidar.
Sedangkan dugaan ancaman keamanan Natal dan Tahun Baru, untuk di luar Jabodetabek berada di Medan, Surabaya, Surakarta, Balikpapan, dan Samarinda. "Saat ini diperkirakan ada 3.000 anggota maupun simpatisan teroris di Indonesia," ujarnya. "Kelihatannya jumlahnya sedikit, tapi itu sebenarnya cukup banyak," kata Al Chaidar.