TEMPO.CO, Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan indikasi peredaran narkoba bakal meningkat pada malam pergantian tahun nanti. Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso mengatakan target razia adalah tempat-tempat hiburan yang telah diintai petugas.
Menurut Buwas—begitu sapaan akrab Budi Waseso—BNN telah mendeteksi 36 diskotek di Ibu Kota yang diduga menjadi tempat peredaran narkotik. Tapi dia tak bersedia merinci tempat-tempat hiburan tersebut. “Mereka terus diintai. Jangan kira kami diam saja,” kata Buwas kepada Tempo, pekan lalu.
Pada Ahad pekan lalu, tim BNN menggerebek Diskotek MG International Club di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat. Di sana, tim BNN menemukan laboratorium peracikan narkotik dan ratusan botol ekstasi cair. Semula, menurut Buwas, BNN mendapat laporan dari masyarakat tentang peredaran narkotik cair di sejumlah diskotek. Setelah ditelusuri, rantai pasokan narkotik cair itu ternyata berhulu di Diskotek MG.
BNN menetapkan enam tersangka pembuat dan penjual narkotik cair dari Diskotek MG. Tim BNN masih memburu pemilik diskotek, Agung Ashari alias Rudi, yang diduga memegang kunci jaringan pasokan narkotik cair. Buwas pun mensinyalir Rudi sebagai bagian dari jaringan narkotik internasional.
Menurut Buwas, tim BNN juga sedang mengincar jaringan pemasok narkotik ke sejumlah tempat hiburan yang dikendalikan bandar besar. Buwas memasang target menggulung sindikat tersebut menjelang pergantian tahun. "Ini untung-untungan. Apakah keberuntungan (memihak) kami ataukah mereka," kata Buwas.
Buwas menerangkan, jaringan bandar besar ini sangat lihai mengecoh petugas. Mereka memakai berbagai modus baru yang sulit dideteksi. Dua tahun lalu, misalnya, tim BNN sempat memantau pergerakan kontainer berisi narkotik yang akan masuk Jakarta. “Tiba-tiba kontainer itu hilang,” kata Buwas. Tapi mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI itu yakin suatu waktu si bandar akan kembali beraksi.
Bekas pengusaha hiburan malam di Jakarta, Anhar Nasution, mengatakan tempat hiburan memang lazim menjadi tempat peredaran narkotik. Menurut dia, jumlah tempat hiburan yang menjadi arena peredaran narkotik lebih banyak dari yang diintai BNN. "Kalau cuma 36, itu tak masuk akal. Di Jakarta ada ratusan tempat hiburan," ucap dia.
Selama ini, menurut Anhar, jaringan pengedar narkoba masuk melalui tangan-tangan manajemen tempat hiburan. Dia mencontohkan jaringan narkotik MG International Club yang dirintis Rudi sejak tiga tahun silam. Sebagai “pemain muda”, menurut dia, Rudi tak mungkin mengerjakan bisnisnya sendirian. “Dia pasti memiliki jaringan ke diskotek lain.”