TEMPO.CO, Depok - Wali Kota Depok Mohammad Idris mengatakan, untuk menghindari kejadian seperti penjarahan toko pakaian Fernando yang dilakukan geng motor, pihaknya akan menambah jumlah CCTV atau kamera pengawas.
Kamera CCTV tersebut bakal dipasang di lokasi strategis untuk memantau tindakan kriminal yang rawan pada malam hari.
“Anggarannya sudah disiapkan untuk 2018 dengan jumlah CCTV yang akan dipasang cukup banyak,” ucap Idris di kantornya pada Rabu, 27 Desember 2017.
Baca juga: Selain Geng Motor Jepang, Penjarahan di Depok Dilakukan Matador
Menurut Idris, selain itu, akan ditambah pos terpadu tiga pilar di tempat strategis yang personelnya dari kepolisian, TNI, dan pemerintah. Saat ini, ujarnya, ada pos tiga pilar, tapi lokasinya mojok di kelurahan.
Pemerintah berencana membuat aturan terkait dengan waktu buka toko yang 24 jam. Hal ini, ujar Idris, untuk menghindari terulangnya kejadian perampokan di toko Fernando.
Aturan saat ini baru mencakup toko retail atau minimarket yang batas waktunya sampai pukul 22.00 WIB. “Untuk warung dan pertokoan penduduk belum,” tuturnya.
Penjarahan di toko Fernando terjadi pada Minggu dinihari lalu. Geng motor itu datang dari Jalan Juanda. Mereka berhenti di depan toko dan masuk mengambil barang dagangan.
Simak juga: Menengok Markas Geng Motor Jepang Pelaku Perampokan Toko
Penjaga toko tak berani melawan karena anggota geng motor ada yang membawa senjata tajam. Kejahatan ini terekam kamera pengawas atau CCTV yang dipasang di toko.
Sehari seusai penjarahan itu, polisi membekuk 26 anggota geng motor Jepang. Tiga di antaranya perempuan. Nama geng ini mengacu kepada kelompok remaja yang sering berkumpul di Jembatan Mampang, Pancoran Mas, Depok.