TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki tahun 2018, Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya berupaya menyelesaikan beberapa kasus yang belum menemui titik terang, termasuk kasus Novel Baswedan. Sudah 8 bulan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan belum juga terungkap.
Juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan telah ada sekitar 1058 laporan masyarakat ke hotline Polda Metro Jaya. "Lewat hotline itu 700 sekian untuk telepon, kemudian juga ada 300 sekian sms," tuturnya di Kantor Polda Metro Jaya, Selasa, 2 Januari 2018.
Dari laporan yang masuk itu, polisi pun mencoba menghubungi kembali para pelapor guna mendapatkan informasi ihwal pelaku penyiraman Novel. "Namanya orang telepon kita cek kembali, sms pun kita juga telepon siapa yang ngirim."
Sayangnya, tak satu pun dari pelapor yang memberikan informasi yang berguna bagi kasus yang terjadi April tahun lalu itu. Sebagian besar pelapor itu malah mengisengi polisi alih-alih memberikan informasi yang signifikan.
"Ya ada yang menanyakan sejauh mana kasus itu, ada juga yang menanyakan apakah perlu paranormal atau tidak, kemudian ada juga yang cuma iseng juga 'ohh bener ini pak hotline-nya, terimakasih'," tutur Argo.
Baca: Cari Penyerang Novel Baswedan, Polisi Ditawari Paranormal
Kendati kerap ditawari paranormal, Argo mengatakan polisi tidak tertarik akan tawaran itu. "Enggak lah, polisi kan hanya sesuai bukti di lapangan saja."
Penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan terjadi pada 11 April 2017 yang dilakukan dua orang berboncengan sepeda motor. Penyerangan terjadi ketika dia pulang dari salat subuh di Masjid Al-Ikhsan dekat rumahnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Sketsa wajah orang yang diduga penyerang Novel Baswedan dibuat oleh Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Pusinafis) Polri bersama Australian Federal Police (AFP). Bahannya diambil dari rekaman closed-circuit television (CCTV) di tempat kejadian. Penyidik juga telah memeriksa 66 saksi.
Argo menuturkan, polisi terus mengevaluasi efektivitas layanan hotline untuk mencari pelaku penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan selain terus mengusut dan menyebar sketsa wajah. "Jadi sampai sekarang masih belum mendapatkan informasi yang signifikan, tapi penyidik masih tetap berjalan, bekerja untuk mencari siapa sih pelakunya," tuturnya.