TEMPO.CO, Tangerang - Kepolisian Resor Tangerang membuka pos komando pengaduan korban sodomi yang dilakukan seorang dukun bernama WS alias Babeh, 49 tahun. “Posko dibuka lantaran jumlah korban yang terus bertambah,” kata Kepala Polres Tangerang Komisaris Besar M. Sabilul Alif, Jumat, 5 Janauri 2017.
Kepala Kepolisian Daerah Banten Brigadir Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengaku prihatin terhadap kasus sodomi di Kabupaten Tangerang yang terus bertambah. Menurut Sigit, jumlah korban yang sebelumnya 25 orang, kinimenjadi 41 orang.
"Kami berterimakasih terhadap masyarakat yang support dengan baik terkait data-data korban. Data ini sementara, kemungkinan terus bertambah," kata Sigit di Polresta Tangerang di Tigaraksa.
Menurut Sigit, parta korban sudah divisum di rumah sakit dan mendapat pendampingan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( P2TP2A) Kabupaten Tangerang.
Namun, kata Sigit, ternyata setelah polisi membuka posko, masyarakat berani melaporkan bahwa anaknya menjadi korban sodomi WS. "Jumlah saat ini mencapai 41 anak," kata Sigit. Menurut Sigit, anak-anak yang menjadi korban dukun cabul ini harus mendapatkan perlindungan, baik dari Polri, orangtua, dan pemerintah daerah.
"Belajar dari kasus ini agar ada sosialisasi dan menyebarkan imbauan sebagai bentuk peringatan kepada masyarakat, termasuk meminta Babinkamtibnas, Kepala Desa hingga RT dan RW bersama- sama bisa mencegah jangan sampai terjadi di tempat lain,” kata Sigit.
Dihadapan Kepala Polda Banten dan Kepala Polres Tangerang, WS mengaku menyesali perbuatannya. Bahkan pria yang menyebutkan namanya Wawan itu mengatakan hanya tipu muslihat saja memiliki ajian Semar Mesem.
"Sebenarnya tidak ada ajian (untuk menarik anak-anak saja)," kata WS sambil menundukkan kepala. WS mengakui telah menyodomi anak-anak, diantaranya bekas muridnya di SD Rajeg. "Saya begitu (sodomi) setelah istri saya ke Malaysia jadi tenaga kerja wanita (TKW)," ujar WS.