TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya mengungkapkan kronologi pembunuhan Feri Firman Hadi, 50 tahun, arsitek yang ditemukan tewas membusuk di rumahnya, Kompleks Poin Mas Depok, Rabu, 3 Januari 2018.
AM, 20 tahun, tersangka utama dalam kasus pembunuhan tersebut, dibekuk hari itu juga dan menceritakan kronologi kejadiannya kepada polisi. "Tersangka bersama adiknya, HK, datang ke rumah korban pada pukul tujuh (malam), 10 Desember 2017," ujar juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, di kantor Polda Metro Jaya, Ahad, 7 Januari 2018.
Argo menjelaskan, kedatangan AM bersama HK bertujuan meminta bantuan uang kepada Feri. AM dan Feri berteman sejak dua bulan lalu. Uang tersebut rencananya digunakan untuk membayar kontrakan keluarga tersangka. "Mereka terdesak akan diusir pemilik kontrakan (bila tak membayar kontrakan)," kata Argo.
Namun, setelah mengutarakan maksudnya, korban tidak kunjung memberikan jawaban. Pada pukul 22.30, AM mengantar pulang adiknya, HK, menggunakan sepeda motor korban, kemudian kembali lagi ke rumah korban.
Pada malam itu, korban Feri minta dipijat AM. Berharap mendapatkan jawaban, AM menuruti kemauan Feri dan menginap di rumahnya. Namun hingga 11 Desember pukul 05.00 korban tidak kunjung memberikan jawaban atas permintaan Feri.
Feri malah kembali minta dipijit AM. "Saat dipijat itu, tersangka kembali minta uang, tapi korban malah menjawab dengan kata-kata tidak mengenakkan," ujar Argo. "Kamu bisanya hanya minta-minta saja," ujarnya menirukan ucapan Feri berdasarkan keterangan AM.
Merasa tersinggung, AM lantas mengambil gunting dan menusukkannya ke leher bagian kanan Feri. Karena mulut Feri masih mengeluarkan suara, AM memukul bagian belakang Feri. Setelah itu, AM menindihkan Feri ke kursi.
AM yang kebingungan setelah melakukan pembunuhan itu langsung pulang serta mengadu ke ibunya dan beralasan baru berkelahi dengan seseorang. Ia lantas melarikan diri ke daerah Bogor. Mayat Feri, yang tewas pada 11 Desember lalu, baru ditemukan pada 3 Januari 2018.
Penemuan mayat korban pembunuhan itu berawal dari laporan keluarga Feri yang tidak bisa menghubunginya lebih dari tiga pekan. "Motifnya karena sakit hati, tidak ada barang yang hilang," ujar Argo.