TEMPO.CO, Jakarta – Jumlah kebakaran di wilayah Jakarta Selatan pada periode Januari-Desember 2017 naik 42 persen dibanding tahun sebelumnya. “Mencapai 348 kasus, ada peningkatan dibanding tahun 2016 sebanyak 244 kasus,” kata Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan Irwan, dalam rilisnya, pada Rabu, 10 Januari 2018.
Dari 348 kasus tersebut, pada Januari terjadi 30 kasus, Februari (21), Maret (21), April (19), Mei (35), Juni (19), Juli (26), dan Agustus (41). Adapun pada September terjadi 40 kasus, Oktober (17), November (58), dan Desember (21).
Irwan menjelaskan, pihaknya telah melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi kasus kebakaran di Jakarta Selatan. Salah satunya memberikan sosialisasi dan pelatihan penanganan kebakaran dini kepada masyarakat.
"Baik itu kepada warga ataupun pekerja di perkantoran," tuturnya.
Tidak itu saja, pihaknya juga telah menyalurkan 850 alat pemadam api ringan (APAR) untuk masyarakat di Jakarta Selatan.
"Sebanyak 112 APAR dibagikan untuk ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA), 185 APAR untuk kantor sekretariat RW, dan sisanya 553 APAR lagi untuk lokasi hunian padat penduduk," ucap Irwan.
Selain menangani kasus kebakaran, Irwan mengatakan, timnya menangani kasus non-kebakaran, seperti evakuasi hewan liar, orang tercebur, dan orang naik baliho, yang mencapai 347 kasus.
"Total kerugian akibat kasus kebakaran mencapai Rp 55.147 miliar," katanya.